Social Icons

Pages

Kamis, 10 Oktober 2013

ILMU MANTIQ


Tugas Ilmu Mantik

Nama           :   Hijroh Panca Saputra

NIM             :   231.01.066
Halaman      :   50 – 56
 
Pembagian Ta’rif Had

Ta’rif had terbagi dua :
(1) Had Tam, (2) Had Naqish

Ta’rif Had Tam
Ta’rif Had Tam adalah ta’rif dengan menggunakan lafazh jins qarib            dan fashl.
Contoh :

Insan adalah hewan yang dapat berpikir

Hewan adalah jins qarib ( dekat ) kepada insan karena tidak ada lagi jins dibawahnya. Artinya di bawah hewan tidak ada lagi lafazh kulli yang terkategori jins, kecuali insan, yang terkategori na’u. Sedang dapat berpikir adalah fashl bagi insan.

Ta’rif Had Naqish
Ta’rif had naqish adalah ta’rif yang : (1) menggunakan jins ba’id dan fashl, atau (2) menggunakan fashl qarib saja.
Contoh : (1).
Insan adalah jism ( tubuh ) yang dapat berpikir.
Jism adalah jins ba’id bagi insan dan dapat berpikir adalah fashl baginya.
Contoh : (2)
Insan adalah yang dapat berpikir ( tanpa menyebutkan jins ).

Pembagian Ta’rif Rasm

Ta’rif Rasm terbagi dua :
(1) Ta’rif Rasm Tam, dan (2) Ta’rif Rasm Naqish.

Ta’rif Rasm Tam
Ta’rif rasm tam adalah ta’rif  ( definisi ) yang menggunakan lafazh jins qarib dan fashl.

Contoh :
Insan adalah hewan yang dapat ketawa.
Hewan adalah jins qarib bagi insan. Sedangkan ketawa adalah irdhi khas baginya.

Ta’rif Rasm Naqish
Ta’rif Rasm Naqish adalah ta’rif yang menggunakan (1) lafazh jins ba’id dengan ‘irdhi khas, atau (2) menggunakan lafazh ‘irdhi khas saja.
Contoh : (1)
Insan adalah jisim yang bisa ketawa.
Contoh : (2)
Insan adalah yang ketawa.
Ketawa adalah ‘irdhi khas ( sifat khusus ) bagi insan.

Syarat-Syarat Ta’rif
Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Syarat-syarat tersebut ada enam, sebagai berikut :
1.      Ta’rif harus jami’-mani’ ( istilah lain untuk itu ialah muththarid-mun’akis ).
Secara lughawi, jami’ berarti mengumpulkan dan mani’ berarti melarang. Dalam Ilmu Mantik, jami’ berarti mengumpulkan semua satuan yang di-ta’rif-kan ke dalam ta’rif. Sedang mani’ berarti melarang masuk segala satuan hakekat lain dari yang di-ta’rifkan ke dalam ta’rif tersebut. Oleh karena itu, ta’rif tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari yang di-ta’rif-kan.
Contoh ta’rif lebih umum :

Manusia adalah hewan

Ta’rif ini belum mani’ karena masih terlalu umum sehingga tidak melarang sapi, kambing, anjing, dan lain-lain masuk ke dalam ta’rif itu.
Contoh ta’rif lebih khusus :
Manusia adalah hewan yang bisa membawa dan menulis.
Ta’rif ini jami’ karena telrlau khusus sehingga manusia-manusia yang tidak pandai membaca dan menulis, seperti Nabi Muhammad, belum terkumpul ke dalam ta’rif itu.
Ta’rif yang sesuai :
Manusia adalah hewan yang berfikir / berkata-kata.
Ta’rif itu menjadi benar, karena sudah jami’-mani’. Semua manusia sudah terkumpul didalamnya dan yang selain manusia sudah terlarang masuk ke dalamnya. Hal ini disebabkan oleh karena ta’rif tersebut tidak terlalu umum dan tidak pula terlalu khusus.

2.      Ta’rif harus lebih jelas dari yang di-ta’rif-kan. Jadi, ta’rif tidak boleh samar-samar atau lebih samar dari yang di-ta’rif-kan.
Contoh :
Buah kelapa adalah buah sebesar kepala yang bulat, berbungkus kulit keras, berjuntai dipohonnya dan berisi santan yang bisa dijadikan minyak untuk menggoreng pisang..
Ta’rif ini membuat yang di-ta’rif-kan tidak menjadi semakin jelas, malah, sebaliknya, semakin samar, terutama bagi mereka yang belum pernah mengenal kelapa.
Demikian halnmya dengan ta’rif :
Kain adalah kapas yang disambung-sambung dan dijalin-jalin sehingga menjadi panjang dan lebar.
Mobil adalah besi yang dilengkung-lengkung dan disambung-sambung, dilengkapi dengan mesin, bensin dan karet.
Ta’rif ini membuat orang malah semakin bingung.

3.      Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang di-ta’rif-kan.
Jadi, tidaklah benar ta’rif, seperti :
Contoh :
Rokok adalah asap yang mengepul dari mulut ke udara dan berbau memabukkan.
Barangkali, ta’rif itu akan menjadi benar, jika disempurnakan, sebagai berikut :
Rokok adalah tembakau kering yang dibungkus dengan daun kawung ( nipah ) yang dibakar ujungnya untuk dihisap asapnya dari pangkalnya.
Atau :
Rokok adalah tembakau yang dibungkus dengan kertas putih khusus, untuk dibakar salah satu ujungnya dan diisap pada ujung yang lainnya dan dihembuskan sebagian asapnya.

4.      Ta’rif tidak boleh berputar-putar ( daur ).
Contoh :

Ilmu adalah pengetahuan di dalam otak

Cabe adalah rasa pedas yang dimakan
Manusia adalah orang dan orang adalah manusia
Karena sifatnya yang berputar-putar, maka ta’rif tersebut tidak benar.

5.      Ta’rif tidak boleh memakai kata-kata majaz ( kiasan atau metaforik ).
Contoh :

Pahlawan adalah singa yang gugur

Ilmu adalah laut yang memulihkan kehausan
Singa dalam ta’rif itu adalah kiasan dari seorang prajurit yang sangat berani.
Laut adalah kiasan dari ilmu yang sangat luas. Kata kiasan semacam itu tidak boleh dipakai di dalam ta’rif. Akan tetapi, jika disertai dengan qarinah ( kata-kata yang menjelaskannya ), maka pemakaian kata majaz itu dibenarkan dipakai dalam ta’rif.
Contoh :

Pahlawan adalah singa yang gugur di medan perang

Ilmu adalah sesuatu yang memulihkan kehausan para ilmuwan

6.      Ta’rif tidak boleh menggunakan kata-kata musyatarak ( mempunyai lebih dari satu arti ).

Contoh :

Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan

Pantat adalah sesuatu yang berlubang
Pukul dalam ta’rif tersebut mempunyai dua arti, yaitu jam dan pukulan. Oleh karenanya, ta’rif itu tidak benar. Ia akan menjadi benar, jika disempurnakan dengan qarinah, yang memberi petunjuk kepada makna yang dimaksudkan.
Contoh :
Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan untuk mengetahui waktu ( pukul berapa sekarang ? ).
Dalam contoh kedua terlihat bahwa pantat adalah lafazh musytarak yang bisa menunjuk pantat botol, pantat  periuk yang nyatanya tidak berlubang. Ta’rif semacam itu dengan sendirinya tidak benar.



















PEMBAHASAN TENTANG QADHIYAH

A.    PENGERTIAN QADHIYAH
Qadhiyah dalam Ilmu Mantik adalah jumlah ( mufidah ) dalam ilmu Nahwu dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Jika demikian dapatlah dikatakan bahwa qadhiyah adalah rangkaian kata-kata yang mengandung
Contoh :
Es dingin
Api panas
Udara segar
Mahasiswa tidak hadir
Tahun depan saya akan menjadi sarjana
Kalimat-kalimat itu merupakan contoh-contoh qadhiyah. Dan karena isi qadhiyah merupakan kabar maka nama lain untuk qadhiyah adalah khabar.
Setiap qadhiyah ( khabar ) selalu mengundang kemungkinan benar atau salah. Qadhiyah itu benar jika kebetulan isinya sesuai dengan kenyataan                  ( muthabiq li al-waqi ). Sebaliknya, qadhiyah itu salah ( tidak benar ), jika isinya tidak sesuai dengan kenyataan ghairu muthabiq li al-waqi’. Semua qadhiyah demikian halnya, yaitu bisa benar dan bisa pula salah.
Jika ada qadhiyah yang isinya pasti benar, atau tidak mungkin salah, maka kepastian kebenarannya itu tidak disebabkan oleh qadhiyah itu sendiri, melainkan oleh kebenaran yang mengatakannya. Qadhiyah-qadhiyah berupa firman Allah didalam Al-Qur'an yang mengandung isi pasti kebenarannya, bukanlah kebenarannya itu karena qadhiyah-nya, tetapi karena kemahabenaran Allah yang mem-firmankannya.
Sebaliknya, jika ada qadhiyah yang hanya mungkin salah, atau tidak mungkin dibenarkan sisinya, maka yang salah dalam hal itu bukan qadhiyah-nya melainkan yang mengatakannya. Isi qadhiyah itu dikatakan bohong, bukan karena qadhiyah itu sendiri, tetapi karena yang mengatakannya adalah pembohong. Itulah sebabnya mengapa suatu qadhiyah selalu dikatakan mungkin benar dan mungkin pula salah didalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

 

Sample text

Sample Text

Sample Text