SEJARAH TUMBUH DAN KEMBANG
HADITS ABAD I DAN II
I.
Pertumbuhan
dan perkembangan Al-Hadits pada abad I H
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode ini terbagi menjadi 2
yaitu :
a.
Pertumbuhan
dan perkembangan pada masa Rasul
Dimulai sejak Muhammad diangkat
menjadi Nabi dan Rasulullah sampai beliau wafat yakni dari tahun ( 13 SH – 11 H
). Pada masa ini juga sering disebut periode periwayatan hadits dengan lesan,
yaitu :
1.
Secara
langsung
Maksudnya mereka secara langsung
mendengar sendiri wejangan-wejangan dari Nabi SAW atau jawaban-jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada bielau, dan secara langsung pula
mereka melihat perbuatan ( fi’liyah ) Nabi yang diperbuat sebagai penjelasan
praktis dari ayat-ayat Al-Qur'an.1)
Sebagaimana dicontohkan dalam haditsnya :
Artinya : “Bahwasannya aku lebih
taqwa kepada Allah dari pada kamu dan lebih mengetahui hukum-hukumnya”.2)
Hadits ini muncul ketika seorang
sahabat bertanya kepada Nabi mengenai hukum mencium istri di kala berpuasa
2.
Secara tak
langsung
Yaitu mereka yang mengambil dari
sesama sahabat yang telah menerima hadits dari Rasulullah SAW. Hal ini terjadi
karena disebabkan tempat tinggal mereka yang saling berjauhan serta kesibukan
sehari-hari ataupun mungkin tidak sampai ( malu ) bertanya secara langsung kepada
Nabi.3)
Adapun sistem periwayatan
Al-Hadits ada 2 sistem periwayatan yang ditempuh oleh para sahabat dalam
meriwayatkan hadits-hadits Nabi SAW yaitu :
1.
Lafad yang
masih asli dari Rasulullah SAW.
2.
Maknanya
saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkannya.
Kedua sistem periwayatan tersebut
tidak dilarang Nabi SAW mengingat adanya perbedaan kekuatan, daya tangkap dan
hafalan masing-masing orang terhadap apa yang didengar dari Rasulullah SAW.
Adapun di dalam meriwayatkan
Al-Hadits yang sangat dipentingkan adalah isinya, adapun susunan bahasanya
diperbolehkan dengan menggunakan lafadz atau susunan bahasa sendiri, asalkan
apa yang terkandung dan maknanya tidak berubah walaupun sedikit.
Contoh periwayatan hadits dengan
maknanya :
“( Hadits ) dari Ubadah bin Samid r.a. ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak sah sembahyang bagi orang yang tidak membaca
umul Qur’an”. ( HR. Mutatna Alaih ).
Dan dalam satu riwayat Ibnu Hibban dan Ad-Daraquny :
“Tidak cukup sembahyang yang tidak dibacakan padanya fatekhatul kitab”.4)
b.
Pertumbuhan
dan perkembagan hadits masa khulafa Rasyidin ( 14 H – akhir abad pertama H ).
Seperti telah diketahui bahwa pada
masa Rasulullah SAW Al-Hadits tumbuh dan berkembang dari mulut ke mulut, begitu
pula pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab, bahkan perkembangan
hadits pada kedua khalifah itu terasa agak lambat. Periwayatan hadits dilakukan
bila diperlukan saja, yakni jiwa umat Islam menghadapi suatu masalah yang
memerlukan penyelesaian hukumnya.
Setelah kekhailfahan ditangan Utsman
bin Affan, Al-Hadits mendapat pelayanan yang serius dari para sahabat kecil dan
tabi’in besar. Merkea mulai menaruh perhatian yang besar dalam mencari dan
mengumpulkan hadits dari para sahabat besar yang jumlahnya makin hari makin
berkurang karena meninggal dunia dan tempat tinggalnya pun sudah mulai
bertebaran di berbagai pelosok yang saling berjauhan yang satu dan yang lain.
Maka tidak sedikut para sahabat kecil dan tabi’in mulai mengadakan perjalanan
untuk mendatangi tempat-tempat kediaman para sahabat dengan tujuan menanyakan
dan menggali hadtis Nabi yang masih tersimpan di dada sahabat.
Kesungguhan para sahabat dan tabi’in
dalam mencari dan meriwayatkan hadits Nabi yang masih tetap dalam kemurniannya
makin hari makin meningkat sampai masa khalifah Ali bin Abi Tholib.
Adapun faktor-faktor pendukung
pemeliharaan hadits pada masa itu antara lain :
1.
Kejerniahan
hati dan kuatnya daya hafal.
2.
Minat yang
kuat terhadap agama.
3.
Kedudukan
hadits dalam agama Islam.
4.
Para
sahabat akan menjadi pengganti Nabi dalam mengemban amanah dan menyampaikan
risalah.
5.
Cara Nabi
dalam menyampaikan hadits.
6.
Penulisan
hadits.5)
II.
Pertumbuhan
dan perkembangan hadits pada abad II
Pada abad ini ilmu hadits mencapai
kesempurnaannya karena setiap cabangnya dapat berdiri sendiri dan sejalan
dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dan dipergunakan oleh para ulama.
Tahap ini berlangsung dari awal abad ke – 2 sampai awal abad ke – 3. Antara
lain dengan sejumlah peristiwa yang menonjol :
1.
Melemahnya
daya hafal dikalangan umat Islam.
2.
Panjang
dan bercabangnya sanad-sanad hadits lantaran bentangnya jarak waktu dan semakin
banyaknya rawi.
3.
Munculnya
sejumlah kelompok Islam yang menyimpang dari jalan kebenaran yang ditempuh oleh
sahabat dan tabi’in. seperti : Mu'tazilah, Jabariyah, Khawarij, dan sebagainya.6)
Kitab hadits yang mansyhur produk ulama pada abad ini
antara lain adalah :
1.
Al-Muwaththa
2.
Musnadusy
Syafi’y
3.
Al-Jami
4.
As-Sunnah,
Susunan Al-Auza’y
5.
As-Sunnah,
Susunan Imam Humaidy
6.
Murshanat
Sufyan, susunan Sufyan Ats.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadits,
PT. Bulan Bintang, Yogyakarta, 1952.
2.
Drs. Ahmad Hady Mufa’at, Pengantar
Ilmu Hadits, ( Ruang Lingkup Pembahasan Al-Hadits dan Sejarah
Pertumbuhannya ), BPKI, Semarang, 1985.
3.
Farid Mifta, As-Sunnah ( Sumber
Hukum Islam ke – 2 ), Pustaka, 1997, Bandung.
1) Hady Mufa’at Ahmad, Pengantar Ilmu Hadits, ( Ruang
Lingkup Pembahasan Al-Hadits dan Sejarah Pertumbuhannya ), BPKI, Semarang,
1985, hlm. 51.
2) Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadits, PT. Bulan Bintang, Yogyakarta, 1952.
3) Op.Cit, hlm. 51.
4) Ibid, hlm. 52.
5) Nurrudin ITR, U’lum
Al-Hadits, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 21-24.
6) Ibid, hlm. 44-46.