Social Icons

Pages

Minggu, 12 Februari 2012

sejarah hadits abad I & II


SEJARAH TUMBUH DAN KEMBANG
HADITS ABAD I DAN II

I.          Pertumbuhan dan perkembangan Al-Hadits pada abad I H
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode ini terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Pertumbuhan dan perkembangan pada masa Rasul
Dimulai sejak Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah sampai beliau wafat yakni dari tahun ( 13 SH – 11 H ). Pada masa ini juga sering disebut periode periwayatan hadits dengan lesan, yaitu :
1.      Secara langsung
Maksudnya mereka secara langsung mendengar sendiri wejangan-wejangan dari Nabi SAW atau jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada bielau, dan secara langsung pula mereka melihat perbuatan ( fi’liyah ) Nabi yang diperbuat sebagai penjelasan praktis dari ayat-ayat Al-Qur'an.1) Sebagaimana dicontohkan dalam haditsnya :


Artinya : “Bahwasannya aku lebih taqwa kepada Allah dari pada kamu dan lebih mengetahui hukum-hukumnya”.2)
Hadits ini muncul ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi mengenai hukum mencium istri di kala berpuasa
2.      Secara tak langsung
Yaitu mereka yang mengambil dari sesama sahabat yang telah menerima hadits dari Rasulullah SAW. Hal ini terjadi karena disebabkan tempat tinggal mereka yang saling berjauhan serta kesibukan sehari-hari ataupun mungkin tidak sampai ( malu ) bertanya secara langsung kepada Nabi.3)
Adapun sistem periwayatan Al-Hadits ada 2 sistem periwayatan yang ditempuh oleh para sahabat dalam meriwayatkan hadits-hadits Nabi SAW yaitu :
1.      Lafad yang masih asli dari Rasulullah SAW.
2.      Maknanya saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkannya.
Kedua sistem periwayatan tersebut tidak dilarang Nabi SAW mengingat adanya perbedaan kekuatan, daya tangkap dan hafalan masing-masing orang terhadap apa yang didengar dari Rasulullah SAW.
Adapun di dalam meriwayatkan Al-Hadits yang sangat dipentingkan adalah isinya, adapun susunan bahasanya diperbolehkan dengan menggunakan lafadz atau susunan bahasa sendiri, asalkan apa yang terkandung dan maknanya tidak berubah walaupun sedikit.
Contoh periwayatan hadits dengan maknanya :







“( Hadits ) dari Ubadah bin Samid r.a. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidak sah sembahyang bagi orang yang tidak membaca umul Qur’an”. ( HR. Mutatna Alaih ).
Dan dalam satu riwayat Ibnu Hibban dan Ad-Daraquny : “Tidak cukup sembahyang yang tidak dibacakan padanya fatekhatul kitab”.4)
b.      Pertumbuhan dan perkembagan hadits masa khulafa Rasyidin ( 14 H – akhir abad pertama H ).
Seperti telah diketahui bahwa pada masa Rasulullah SAW Al-Hadits tumbuh dan berkembang dari mulut ke mulut, begitu pula pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab, bahkan perkembangan hadits pada kedua khalifah itu terasa agak lambat. Periwayatan hadits dilakukan bila diperlukan saja, yakni jiwa umat Islam menghadapi suatu masalah yang memerlukan penyelesaian hukumnya.
Setelah kekhailfahan ditangan Utsman bin Affan, Al-Hadits mendapat pelayanan yang serius dari para sahabat kecil dan tabi’in besar. Merkea mulai menaruh perhatian yang besar dalam mencari dan mengumpulkan hadits dari para sahabat besar yang jumlahnya makin hari makin berkurang karena meninggal dunia dan tempat tinggalnya pun sudah mulai bertebaran di berbagai pelosok yang saling berjauhan yang satu dan yang lain. Maka tidak sedikut para sahabat kecil dan tabi’in mulai mengadakan perjalanan untuk mendatangi tempat-tempat kediaman para sahabat dengan tujuan menanyakan dan menggali hadtis Nabi yang masih tersimpan di dada sahabat.
Kesungguhan para sahabat dan tabi’in dalam mencari dan meriwayatkan hadits Nabi yang masih tetap dalam kemurniannya makin hari makin meningkat sampai masa khalifah Ali bin Abi Tholib.
Adapun faktor-faktor pendukung pemeliharaan hadits pada masa itu antara lain :
1.      Kejerniahan hati dan kuatnya daya hafal.
2.      Minat yang kuat terhadap agama.
3.      Kedudukan hadits dalam agama Islam.
4.      Para sahabat akan menjadi pengganti Nabi dalam mengemban amanah dan menyampaikan risalah.
5.      Cara Nabi dalam menyampaikan hadits.
6.      Penulisan hadits.5)

II.       Pertumbuhan dan perkembangan hadits pada abad II
Pada abad ini ilmu hadits mencapai kesempurnaannya karena setiap cabangnya dapat berdiri sendiri dan sejalan dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dan dipergunakan oleh para ulama. Tahap ini berlangsung dari awal abad ke – 2 sampai awal abad ke – 3. Antara lain dengan sejumlah peristiwa yang menonjol :
1.      Melemahnya daya hafal dikalangan umat Islam.
2.      Panjang dan bercabangnya sanad-sanad hadits lantaran bentangnya jarak waktu dan semakin banyaknya rawi.
3.      Munculnya sejumlah kelompok Islam yang menyimpang dari jalan kebenaran yang ditempuh oleh sahabat dan tabi’in. seperti : Mu'tazilah, Jabariyah, Khawarij, dan sebagainya.6)

Kitab hadits yang mansyhur produk ulama pada abad ini antara lain adalah :
1.      Al-Muwaththa
2.      Musnadusy Syafi’y
3.      Al-Jami
4.      As-Sunnah, Susunan Al-Auza’y
5.      As-Sunnah, Susunan Imam Humaidy
6.      Murshanat Sufyan, susunan Sufyan Ats.













DAFTAR  PUSTAKA

                                                          
1.      Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,                PT. Bulan Bintang, Yogyakarta, 1952.
2.      Drs. Ahmad Hady Mufa’at, Pengantar Ilmu Hadits, ( Ruang Lingkup Pembahasan Al-Hadits dan Sejarah Pertumbuhannya ), BPKI, Semarang, 1985.
3.      Farid Mifta, As-Sunnah ( Sumber Hukum Islam ke – 2 ), Pustaka, 1997, Bandung.




1) Hady Mufa’at Ahmad, Pengantar Ilmu Hadits, ( Ruang Lingkup Pembahasan Al-Hadits dan Sejarah Pertumbuhannya ), BPKI, Semarang, 1985, hlm. 51.
2) Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, PT. Bulan Bintang, Yogyakarta, 1952.
3) Op.Cit, hlm. 51.
4) Ibid, hlm. 52.
5) Nurrudin ITR, U’lum Al-Hadits, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 21-24.
6) Ibid, hlm. 44-46.

mendidik anak


BAB I
PENDAHULUAN

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting bagi anak-anaknya. Dengan kata lain orang tua satunya adalah mendidik akhlak. Karena akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab baik dan buruknya manusia sangat ditentukan oleh akhlaknya.
























BAB II
PEMBAHASAN

I.        Hadits
a.        
عن ايو ب موس عن ابيه عن جده ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ
مَا نَحَلَ وَالَدُ وَالَدًا مِنْ نَحْلٍ اَفْضَلَ مِنَّ اَدَبٍ حَسَنٍ (أ خرجه التر مني : كتاب
البرو الصلة : باب ما جاءفى اداب الولد)
“Dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dan kakeknya bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tiada suatu pemberianpun yang dihadiahkan oleh orang tua kepada anaknya lebih utama dari pendidikan yang baik”. (HR. Tirmidzi).

b.      Sanad
عن ايوب بن موس عن ابيه عن جده ان رسول الله صلى الله عليه وسلم
c.       Mufrodat
             نحل   : pemberian                                   افضل   : lebih utama
             والد  : orang tua                                       ادب   : pendidikan
              ولد  : anak
d.      Penjelasan
Pendidikan yang baik artinya hendaknya orang tua mengajarkan kepada anaknya cara makan, minum, bermuamalah dengan orang lain, mencari penghidupan, dan bergaul yang baik dengan mereka. Orang tuapun harus mengajarkan kepada anaknya hal-hal yang wajib atas diri anak terhadap Tuhannya dan terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini orang tua dituntut untuk mengajarkan hal-hal tersebut kepadanya sesuai dengan apa yang berlaku di zaman dan lingkungan tempat ia berada, tetapi semuanya harus disadari dengan berpegang teguh kepada ajaran agama.
e.       Nilai Tarbawi
1)      Pendidikan akhlak sepenuhnya adalah kewajiban orang tua.
2)      Memberikan teladan yang baik adalah cara yang tepat agar anak tumbuh dalam kebaikan dan akan terdidik dalam keutamaan akhlak.
3)      Kedua orang tua berkewajiban untuk menciptakan suasana yang mendukung dalam pendidikan akhlak anak.

II.     Hadits II
a.        
عن الحارث بن التعمان سمعت انس بن مالك محدث عن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قال الكر موا اولاد كم ولحسنوا ادبهم (اخرجه ابن ماجه : كتاب الا دب : باب يدالو الذين والا حسان الى : البنات)
”Dari hadits Ibnu Tu’man : Saya mendengar Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik”.
b.      Sanad
عن الحارث بن التعمان سمعت انس بن مالك يحدث عن رسول الله صلى
الله عليه وسلم
c.       Mufrodat
         احرم   : muliakanlah                                  اولاد   : anak-anak kalian
         احسنوا  : Perbagusan / baik                               
                  
d.      Nilai Tarbawi
1)      Akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
2)      Akhlak adalah sesuatu yang harus dibentuk melalui proses dan waktu yang cukup lama.
3)      Akhlak menjadi pembeda antara manusia dan hewan.

III.  Hadits III
a.        
عن ابن عباس أ نهم قالو ايارسول الله قد علمنا حق الو الد على الولد فما
حق الولد على الو الد قال أ ن يحسن اسمه ويحسن أوبه ( أخرجه البيهقى فى
شعب الا ءيمان : الستو ن من شعب الأ يمان وهو الباب فى خقو قالأ ولأو
لأدوالأ هلين حديثرقو ۸٦٥٨)
Dari Ibnu Abbas sesungguhnya mereka (para sahabat) berkata kepada Rasulllah SAW : Wahai Rasulullah beritahukan (ajaran) kami telah mengetahui haq orang tua atas anak  Nabi menjawab : bahwa kewajiban orang tua adalah memberikan nama yang baik dan mendidik akhlaknya. (HR. Baihaqi).

b.      Sanad
عن ابن عباس أ نهم قالو ايارسول الله صلى الله عليه وسلم
c.       Mufrodat
             احق  : hak / kewajiban
            الولد  : anak

d.      Nilai Tarbawi
1)      Kewajiban orang tua yaitu memberikan nama yang baik pada anaknya.
2)      Nama yang diberikan orang tua kepada anaknya adalah doa orang tua pada anaknya.
3)      Selain memberi nama yang bagus orang tua juga wajib mendidik akhlak anaknya.



BAB III
PENUTUP

Sejatiya orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam mendidik anak agar mereka memiliki akhlak yang mulia dengan memberi mereka teladan dan contoh-contoh yang baik.
Orang tua juga mempunyai hak untuk memberi nama yang baik dan memilih lingkungan yang baik untuk anaknya.










sahabat penulis al-qur'an


BAB  I
PENDAHULUAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang akhirnya tersusunlah makalah “Para Sahabat Penulis Wahyu, Penghafal Al-Qur'an dan Pengajar ( Guru ) Al-Qur'an ini, sholawat dan salam, kita sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menghantarkan umatnya menuju jalan yang lebih baik yang diridhai oleh Allah SWT.
Umat Islam telah diberi pegangan hidup baik di dunia maupun diakhirat yaitu kitab suci Al-Qur'anul Karim. Rasulullah dalam akhir hayatnya, beliau pernah berpesan kepada umatnya : “Wahai umatku, aku tinggalkan dua buah pegangan untuk kaitan sebagai petunjuk untuk kehidupan didunia dan akhirat agar kalian selamat daripadanya yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Batasan Al-Qur'an menurut istilah ( syari’at ) adalah firman / kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi mukjizat yang sampai kepada kita ( umatnya ) dengan jalan mutawatir yang ditulis dalam mushaf / lembaran yang dipandang beribadah saat membacanya yang dimulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan An-Nash.
Salah satu yang dibanggakan umat Islam dan yang membuktikan bahwa agama Islam adalah agama ilahi yaitu terjaganya keautentikan Al-Qur'an dari dahulu hingga sekarang. Keautentikan Al-Qur'an tersebut dipelihara dengan berbagai cara, antara lain : ditulis dengan lembaran pelepah kurma / batu, dihafalkan dan diajarkan kepada generasi selanjutnya. Selain dilakukan oleh Rasulullah SAW, pemeliharaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh para sahabat beliau.
Untuk lebih jelasnya mengenai sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang menjadi juru tulis ( penulis ) wahyu, yang menghafalkan Al-Qur'an dan yang menjadi guru / pengajar Al-Qur'an, akan dibahas dalam makalah ini.




BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sahabat-Sahabat Penulis Wahyu
Diantara para juru tulis Rasulullah SAW yang terkenal ( termashur )  yaitu :[1]
1.       Abu Bakar Ash-Shidiq ra. Beliau merupakan khalifah pertama dari khulafaur rasyidin setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
2.       Umar bin Khottob ra. Beliau merupakan khalifah kedua yang menjadi pelindung yang sangat kuat bagi agama Islam.
3.       Usman bin Affan ra. Beliau adalah khalifah ketiga yang sangat kaya dan beliau membelanjakan hartanya untuk kepentingan agama Islam.
4.       Ali bin Abi Tholib ra.
5.       Amir bin Fuhairoh. Beliau inilah yang menjadi juru tulis surat-surat Nabi SAW yang dikirim kepada raja-raja untuk menyeru mereka kepada Islam.
6.       Ubay bin Ka’ab. Beliau yang mula-mula menjadi juru tulis pertama Nabi dari kalangan Anshor. Beliau ini seorang yang banyak menulis wahyu.
7.       Tsabit bin Qois bin Syammas.
8.       Zaid bin Tsabit.
9.       Muawiyah bin Abi Sufyan.
10.   Yazid saudara Muawiyah.
11.   Al-Mughiroh bin Syu’bah.
12.   Zuber bin Awwam.
13.   Kholid bin Walid.
14.   Al-Ala Al-Hadromi.
15.   Amru bin Ash.
16.   Muhammad bin Maslamah. Dan beberapa orang lainnya.


Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya : adalah Jibril datang kepada Nabi untuk mendengar bacaan Nabi, pada tiap-tiap tahun sekali. Pada tahun beliau wafat, Jibril datang dua kali. As-Suyuti menulis dalam Al-Itqon adalah Zid bin Tsabit seorang penulis wahyu yang utama, menyaksikan pemeriksaan Jibril yang penghabisan dan sesudah pemeriksanaan itu Ziad pun menulis Al-Qur'an dan membacanya dihadapan Nabi. Karena inilah kiranya Abu Bakar memegangi ( berpegangan ) kepada Zaid bin Tsabit dalam urusan mengumpulkan Al-Qur'an dan Usman juga menyuruh Zaid bin Tsabit menulis mushaf-mushaf yang dikirim ke beberapa kota di kala Usman menyuruh menulis mushaf-mushaf itu.[2]
Tulisan-tulisan yang ditulis oleh juru tulis Rasul itu disimpan dirumah Rasul, disamping mereka menulis untuk diri mereka sendiri.
Semua ahli ilmu menetapkan, bahwa susunan ayat Al-Qur'an adalah disusun menurut susunan Rasul semata-mata, bukan sekali-kali menurut kemauan juru tulisnya.
Ketika Rasul masih hidup, Al-Qur'an itu belum dikumpulkan didalam mushaf ( sebuah buku yang terjilid ). Sahabat-sahabat tidak membacanya dibuku, hanya menghafal diluar kepala, seperti Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qil, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid, keempatnya dari golongan Anshor.
Diantara yang menghafal Al-Qur'an pula, Abu Darda dan beberapa sahabat yang lain. Dan diantaranya ada pula sahabat-sahabat yang menghafal separoh Al-Qur'an saja.[3]

B.     Sahabat-Sahabat Yang Hafal Al-Qur'an Sepenuhnya
Ibnu Atsir Al-Jazary dalam kitabnya An-Nasyr berkata : banyak sahabat yang hafal Al-Qur'an dikala masih hidup. Mereka tidak memerlukan tulisan (catatan) karena hafalannya sangat baik. Diantara para sahabat yang hafal Al-Qur'an secara keseluruhan ialah :

v  Dari golongan Muhajirin
1.       Abu Bakar Ash Sehidiq ra.
2.       Umar Ibnul Khattab ra.
3.       Utsman bin Affan ra.
4.       Ali ibn Abi Thalib ra.
5.       Tholhah.
6.       Sa’ad.
7.       Hudzaifah.
8.       Salim.
9.       Abu Hurairah.
10.   Abdullah bin Mas’ud.
11.   Abdullah bin Umar.
12.   Abdullah bin Abbas.
13.   Amru bin Ash.
14.   Abdullah bin Amru bin Ash.
15.   Muawiyah.
16.   Abdullah bin Zuber.
17.   Abdullah As-Sa’ib.
18.   Aisyah Ummul Mu’minin ra.
19.   Hafsah ( juga termasuk juru tulis pada masa itu ).
20.   Ummu Salamah Ummul Mukminin.

v  Dari golongan Anshor
1.      Ubay bin Ka’ab.
2.      Muadz bin Jabal.
3.      Zaid bin Tsabit.
4.      Abu Darda.
5.      Abu Zaid ( Qois bin Sakan bin Qois ).
6.      Majma bin Jariyah ( Haritsah ).
7.      Anas bin Malik.

Selain itu terdapat lagi sahabat-sahabat lain, yaitu :
1.      Ubadah bin Shamit.
2.      Fudholah bin Ubaid.
3.      Maslamah bin Kholid.
4.      Qois Abi Sho’sho’ah.
5.      Tamim Ad-Dari.
6.      Uqbah bin Amir.
7.      Salamah bin Makhlad.
8.      Abu Musa Al-Asy’ari.
As-Suyuti berkata : saya telah mendapati pula seorang wanita shohabiyah yang menghafal seluruh Al-Qur'an yang tidak dimasukkan namanya ke dalam barisan penghafal seluruh Al-Qur'an, yaitu Ummu Waroqoh binti Abdillah bin Al-Harits. Seringkali Rasulullah mengunjunginya dan rasulullah menamainya syahidah. Beliau telah menghafal seluruh Al-Qur'an dizaman Nabi dan beliau dijadikan imam untuk seisi rumahnya. Beliau terbunuh dalam masa pemerintahan Umar. Hampir menjelang Umar wafat, beliau pernah berkata : telah benar apa yang dikatakan Rasul, beliau sering berkata : mari kita pergi ke rumah wanita syahidah.
Kisah lengkapnya dapat dibaca dalam Thabaqat Ibnu Sa’ad. Kata an-Nuwairy dalam syarahnya terhadap kitab-kitab at-Thayibah : “Kalau anda berkata, apabila ditetapkan bahwa yang mengumpulkan Al-Qur'an dimasa Rasulullah SAW sahabat-sahabat yang disebut namanya, maka bagiamana kita kumpulkan keterangan itu dengan perkataan Anas, bahwa yang mengumpulkan Al-Qur'an di masa Rasul ada empat orang. Dalam suatu riwayat yang mengumpulkan Al-Qur'an hanya empat orang yaitu Ubay, Zaid ibn Tsabit, Abu Zaid dan Muazd, pada suatu riwayat Abu Darda, maka saya berkata : “Riwayat pertama tidak berlawanan dengan keterangan ini, karena riwayat pertama itu tidak menentukan penghafal Al-Qur'an hanyak 4 orang saja. Riwayat yang kedua karena tidak dapat diambil lahirnya, berlawanan dengan keterangan yang telah lalu, perlulah ditakwilkan. Maka dimaksudkan dengan hanya 4 orang saja menghafalnya, ialah hanya 4 orang saja yang menghafal dalam seluruh qira’at (macamnya), atau yang menerima langsung dari Rasul, atau yang terus menerus pada setiap turunnya ayat.

C.    Sahabat-Sahabat Yang Menjadi Guru Dalam Mengajarkan Al-Qur'an

Diantara sahabat yang terkenal sebagai guru pengajar Al-Qur'an baik mengajar kepada sesama sahabat maupun kepada murid-murid generasi berikutnya ( tabi’in ). Mereka itu ialah :[4]
1.       Utsman bin Affan ra.
2.       Ali bin Abi Thalib ra.
3.       Ubay bin Ka’ab
4.       Zaid bin Tsabit.
5.       Ibnu Mas’ud
6.       Abu Darda
7.       Abu Musa Al-Aasy’ari
Tujuh shohaby besar inilah yang terkenal sebagai pengajar Al-Qur'an dimasa Nabi maupun sesudahnya.













BAB III

KESIMPULAN


Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah, maka selesailah penulisan (pembuatan) makalah para sahabat penulis wahyu, penghafal Al-Qur'an dan pengajar ( guru ) Al-Qur'an ini.
Al-Qur’anul karim sebagai kitab suci umat muslim harus kita jaga terus keaslian / keautentikannya sampai akhir hayat kita. Pada zaman Nabi Muhammad SAW telah diberikan berbagai contoh / cara untuk menjaga keaslian Al-Qur'an, yang seyogyanya kita tiru. Kita juga harus mencontoh perbuatan-perbuatan para sahabat. Seperti : Abu Bakar Ash Shidiq, Umar ibn Al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qais, Amir bin Fuhairah, Amr bin Al-Ash, Zubair bin Al-Awwam, dll yang dengan sungguh-sungguh dengan sepenuh hati untuk menjaga keaslian Al-Qur'an.
Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT ( Al-Qur'an ) yang artinya : Kami yang menurunkan Al-Qur'anul Karim dan kami pula yang akan menjaganya. Maka jelaslah bahwa Allah SWT Yang Maha kuasa yang dengan kekuasaan-Nya akan menjaga keaslian Al-Qur'an sampai hari kiamat.

                                            

DAFTAR PUSTAKA


1.      Hasbi Ash-Shiddiqy, Prof, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an / Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1965, cet. IV.
2.      Said Aqil Husain Al-Munawar, MA, Al-Qur'an “Membangun Tradisi Kesalahan Hakiki”, ( Jakarta, Ciputat Press, 2002 ), cet. 2.
3.      Abd. Mustofa Al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah, Terjm. Husein Muhammad, ( LKPSM, Yogyakarta, 2001 ), Cet. I.
4.      Drs. Sudaryo El-Kamali, MA, Pengantar Ilmu Tafsir, IAIN Walisongo, Fakultas Syari’ah, Pekalongan, 1988.


[1] Hasbi Ash-Shiddiqy, Prof, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an / Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1965, cet. IV, hlm 64.
[2] Said Aqil Husain Al-Munawar, MA, Al-Qur'an “Membangun Tradisi Kesalahan Hakiki”, ( Jakarta, Ciputat Press, 2002 ), cet. 2, hlm. 15
[3] Hasbi Ash-Shiddiqy, Prof, Op.Cit, hlm. 66.
[4] Abd. Mustofa Al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah, Terjm. Husein Muhammad,          ( LKPSM, Yogyakarta, 2001 ), Cet. I, hlm. 45

para ahli qira'at


 BAB  I

A.  PENDAHULUAN
Tafsir adalah penjelasan tentang arti dan maksud firman-firman Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur'an sesuai dengan kemampuan manusia yang telah memiliki seperangkat syarat-syarat tertentu.[1]
Setiap muslim didorong utnuk memperhatikan ayat-ayat Tuhan, baik yang terbentang dialam raya ini maupun yang tertulis didalam mushaf. Perbedaan hasil pemikiran manusia merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari, perbedaan ini bukan hanya disebabkan oleh perbedaan tingkat kecerdasan atau latar belakang pemikiran dan kecenderungan seseorang, tetapi juga oleh pengaruh peristiwa-peristiwa sejarah serta penemuan-penemuan ilmiah.
Tidak seorang muslim, apapun aliran dan mazhabnya yang tidak merujuk kepada Al-Qur'an untuk memperoleh petunjuk dan legitimasi terhadap pendapat-pendapatnya, Al-Qur'an benar-benar merupakan posisi sentral bagi semua studi keislaman bahkan bagi kehidupan seluruh umat Islam.
Pada masa Rasulullah SAW masih berada di tengah-tengah umatnya, beliau yang antara lain berfungsi sebagai mubayyin ( pemberi penjelasan ) terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur'an menjadi nara sumber utama. Beliau menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh umat.
Sepeninggal beliau para sahabat khususnya tokoh-tokohnya melakukan penalaran dalam berbagai bidang, dalam bidang tafsir dikenal antara lain : Ali ibn Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Ubay Ibnu Ka’ab, Ibnu Abbas dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya mengetahui sejarah ahli tafsir dan qiro’at akan dibahas dalam bab pembahasan berikut ini.





BAB  II

B. PEMBAHASAN

1.      Pengertian Qiro’at dan Para Ahli Qiro’at

Qiro’at berasal dari kata : Qoro’a yang berarti membaca. Menurut istilah : ialah aliran dalam mengucapkan atau membaca Al-Qur'an yang dipegangi oleh para imam yang berbeda satu dengan yang lain.[2]
Aliran qiro’at tersebut, ditetapkan berdasarkan sanad yang sampai kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana diketahui, bahwa sahabat Nabi terdiri dari berbagai golongan dan suku yang masing-masing memiliki lahjah ( dialek ) yang berbeda satu dengan yang lain. Nabipun mengizinkan para sahabat membaca Al-Qur'an dengan lahjah masing-masing sehingga menjadilah Al-Qur'an dalam beberapa lahjah.
Disini para ulama berbeda pendapat bahwa berlainan qiro’at karena diterima dari wahyu. Sebagian berpendapat bahwa berlainan qiro’at bukan diterima dari wahyu melainkan karena adanya perbedaan lahjah dan adanya izin dari Nabi membaca berdasar lahjah masing-masing. Pendapat terakhir ini lebih kuat.[3]
Para sahabat yang termashyur ahli qiro’at ialah : Ali, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa, dari merekalah para sahabat dan tabi’in mengambil qiro’at.
Menurut Adz Dzahahy dalam kitabnya : Thobaqotul Qurro, bahwa yang mashyur ahli qiro’at dikalangan para sahabat ada tujuh orang : Usman, Ali, Ubay, Zaid, Abu Darda, Abu Musa, dan Ibnu Abbas. Dari merekalah para tabi’in belajar qiro’at, sehingga muncullah dikota-kota besar ahli-ahli qiro’at dari kalangan tabi’in.




Di Madinah :
  1. Ibnul Musayyab
  2. Urwah bin Zuber
  3. Salim
  4. Umar bin Abdul Aziz
  5. Sulaiman bin Yasar
Di Mekah :
  1. Ubaid bin Umar
  2. Atho bin Abi Robah
  3. Thowus
  4. Mujahid
  5. Ibnu Abi Mulaikah
Di Kufah :
  1. Al-Qomah
  2. Al-Aswad
  3. Masruq
  4. Ubaidah
  5. Amer bin Syarahbil
Di Basrah
  1. Amir bin Abdul qoim:
  2. Abdul Aliyah
  3. Abu Roja’
  4. Nashar bin Ashim
  5. Yahya bin Ya’mura
Di Syam :
  1. Mughiroh bin Abi Syihab Al-Mahzumy ( murid Usman ).
  2. Khulaid bin Sya’ab teman Abu Darda’
Dimasa tabi’in inilah qiro’at menjadi sempurna dan menjadi ilmu yang erdiri sendiri sebagai ilmu-ilmu yang lain :
  1. Abu Ubaid Al-Qosim Ibnu Sallam, wafat 224 H.
  2. Abu Hatim as-Sijistany, wafat 258 H.
  3. Abu Ja’far Ath-Thobari, wafat 310 H.
  4. Ismail Al-Qodli, wafat 282 H.
Sesudah generasi tabi’in, bangunlah segolongan ulama yang membulatkan tenaganya untuk mempelajari qiro’at sehingga mereka menjadi mahaguru-mahaguru dibidang qiro’at. Yang paling terkenal ialah qori’ tujuh, yang bacaannya terkenal dengan nama qiro’ah sab’ah. Mereka itu ialah :[4]
  1. Ibnu Amir ( Abdullah bin amir Al-Yasaby )
  2. Ibnu Katsir ( Abu Muhammad Abdullah bin Katsir Ad-Dary Al-Makky ).
  3. Ashim Al Kufy ( Ashim Ibnu Abin Nujud Al-Asady )
  4. Abu Amru ( Abu Amru Zabban Ibnul ‘Ala Ibnu Amar Al-Bisri )
  5. Hamzah Al-Kufy ( Hamzah bin Habib bin Imaroh Az-Zayyat Al-Fardhi At-Taimy ).
  6. Imam Nafi’ ( Abu Ruwaim Nafi’ Ibnu Abdur Rohman Ibnu Abi Nuaim Al-Laitsy )
  7. Al-Kisa’I ( Ali bin Hamzah Al-Kisai )

2.   Sejarah Ahli Tafsir dan Qiro’at
1.      Ibnu Jarir Ath-Thobary
Nama lengkapnya : Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thobary. Lahir di Tabrastan tahun 224 H dan meninggal di Baghdad tahun 310 H. beliau seorang yang alim dibidang tarikh, raja ahlu tarsir. Diantara karangan-karangan ialah kitab tafsirnya itu yang menjadi rujukan generasi berikutnya. Beliau adalah seorang mujtahid yang mempunyai madzhab dan pengikut sendiri.
2.      Abu Muslim Al-Asfihany
Nama lengkapnya : Abu Muslim Muhammad bin Bahar. Beliau lahir pada tahun 254 H dan meninggal tahun 322 H. Seorang pembesar di negeri Asfahan, penulis yang ulung mempunyai banyak karangan diantara karangannya ialah : Jamiut Ta’wil terdiri dari 14 jilid. Tafsir ini amat baik susunannya, amat dalam pembahasannya, sehingga banyak dikutip oleh Fahrur Rozy dalam kitabnya.
3.      Al-Wahidy
Nama lengkapnya : Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Matawih, terkenal dengan nama : Al-Wahidy. Meninggal di Nasaibur pada tahun 468 H. Seorang ahli tafsir dan sastra. Kitab tafsirnya ada tiga, yaitu : Al-Basith, Al-Wasith, dan Al-Wajiz.
4.      Abu Hayyan
Nama lengkapnya : Muhammad bin Yusuf bin Ali Hayyan Al-Andalusi An-Nahwy. Lahir di Granada tahun 654 H, menetapkan di Mesir dan meninggal disana tahun 765 H. Ahli dibidang tafsir, hadits, sejarah dan bahasa. Diantara karangannya : Bahrul Muhith.
5.      Al-Qurthubi
Nama lengkapnya : Abu Abdillah Muhammad bin Abibakar bin Faraj Al-Qurthuby. Lahir di Kordova ( Spanyol ) tahun 486 H meninggal di Mausul tahun 567 H. Pengarang tafsir yang sangat terkenal yang banyak dikutip mufasir-mufasir generasi belakangnya. Diantara yang mengambil perkataannya ialah : Abu Bakar Yahya bin Sa’dun bin Tamam bin Muhammad Al-Azdi Al-Qurthubi, seorang yang ahli qiro’at, hadits dan lughoh.
6.      Al-Fahrur Rozy
Nama nama lengkapnya : Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Husen Fahruddin Ar-Rozy, terkenal dengan nama Fahrur Rozy. Lahir di Tabrastan daerah Roy, itulah sebabnya disebut : Ar-Rozy. Beliau terkenal sebagai ahli tafsir yang menguasai ilmu syari’at dan umum. Karangannya amat banyak diantaranya kitab tafsirnya yang terdiri 8 jilid tebal.
7.      Az-Zamahsyari
Nama lengkapnya : Mahmud bin Umar bin Muhammad Al-Khawarimi Az-Zamahsyari. Lahir tahun 467 H meninggal tahun 538 H. seorang ahli agama, tafsir, lughoh dan adab, istimewa bidang kesusasteraan Arab, lahir di Zamahsyari, tinggal di Mekah beberapa lama sehingga dinamai Jarullah. Banyak karangannya, diantaranya kitab tafsir : Al-Khasysyaf, yang menerangkan keindahan susunan bahasa Al-Qur'an. Beliau menganut faham Mu’tazilah dan sangat keras menentang faham tasawuf.
8.      Al-Baidlowi
Nama lengkapnya : Nasir bin Nasiruddin Abu Sa’id Abdullah bin Umar. Meninggal tahun 685 H seorang qodli, ahli tafsir yang luas pengetahuannya. Karangannya yang terkenal adalah Anwarut Tanzil yang terkenal dengan nama tafsir Baidlowi.
9.      Al-Jassos
Nama lengkapnya : Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Jassos. Lahir tahun 305 H di Baghdad, meninggal tahun 370 H. Lahir di Roy dan meninggal di Baghdad. Beliau pengikut madzhab Hanafi. Diantara karangannya adalah : Ahkamul Qur’an. Kitab tafsir yang menitik beratkan pada pembahasa hukum (tafsir ahkam).
10.  Jalalain
Ialah dua orang yang bernama Jalal. Pertama, Jalaluddin Abdur Rohman bin Abi Bakar bin Muhammad As-Suyuthi. Lahir 849 H di Mesir dan meninggal tahun 911 H, seorang yang ahli diberbagai ragam ilmu, karangannya lebih dari 500 buah. Kedua, Jalaludin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim Al-Mahally. Lahir tahun 781 H meninggal tahun 864 H, seorang ahli ushul dan tafsir. Diantara karangannya ialah Syarah Minhaj dan Syarah Jam’ul Jawami.
Dua oragn Jalal ini mengarang tafsir yang disebut tafsir Jalalain. Bagian pertama dimulai oleh Al-Mahally dan bagian terakhirnya diselesaikan oleh As-Suyuthi.
11.  Syaid Muhammad Rasyid Ridlo
Nama lengkapnya : As-Sayid Muhammad Rasyid Ridlo. Lahir di Kalmun, suatu kampung di Libanon tahun 1282 H meninggal 1354 H kalau mujtahid abad modern ( XX ). Beliau murid Muhammad Abduh, pindah ke Mesir mengikuti gurunya, disana mendirikan Al-Manar sebuah majalah yang terkenal. Tafsir yang dikuliahkan Muhammad Abduh dibukunya dengan nama tafsir Al-Qur’anil Hakim yang terkenal dengan nama tafsir Al-Manar. Sayangnya tafsir itu belum selesai hanya sampai surat Yusuf, karena Muhammad Abduh keburu wafat. Tafsir itu belum ada bandingannya sampai sekarang.


BAB  III


C.  KESIMPULAN

1.      Qiro’at berasal dari kata : Qoro’a yang berarti membaca. Menurut istilah : ialah aliran dalam mengucapkan atau membaca Al-Qur'an yang dipegangi oleh para imam yang berbeda satu dengan yang lain.
  1. Menurut Adz Dzahahy dalam kitabnya : Thobaqotul Qurro, bahwa yang mashyur ahli qiro’at dikalangan para sahabat ada tujuh orang : Usman, Ali, Ubay, Zaid, Abu Darda, Abu Musa, dan Ibnu Abbas. Dari merekalah para tabi’in belajar qiro’at, sehingga muncullah dikota-kota besar ahli-ahli qiro’at dari kalangan tabi’in.
  2. Para Ahli tafsir :
a.       Ibnu Jarir Ath-Thobary
b.      Abu Muslim Al-Asfihany
c.       Al-Wahidy
d.      Abu Hayyan
e.       Al-Qurthubi
f.       Al-Fahrur Rozy
g.      Az-Zamahsyari
h.      Al-Baidlowi
i.        Al-Jassos
j.        Jalalain
k.      Syaid Muhammad Rasyid Ridlo

DAFTAR  PUSTAKA


1.       As-Suyuthi, Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an, Darul Fikri, Beirut, 1979, Juz I.
2.       Drs. Sudaryo El-Kamali, MA, Pengantar Ilmu Tafsir, IAIN Walisongo, Fakultas Syari’ah, Pekalongan, 1988.
3.      Manna Al-Qotton, Mabahits fi Ulumil Qur’an, Mansyurot Riyadl, 1973.
4.       Muhammad bin Shaleh Al-Utsmani, Dasar-Dasar Penafsiran Al-Qur'an, Dina Utama, Semarang, 1989.


[1] Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, Jakarta, Panjimas, 1989, hlm. 1.
[2] Manna Al-Qotton, Mabahits fi Ulumil Qur’an, Mansyurot Riyadl, 1973, hlm. 170.
[3] As-Suyuthi, Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an, Darul Fikri, Beirut, 1979, Juz I, hlm. 77.
[4] Drs. Sudaryo El-Kamali, MA, Pengantar Ilmu Tafsir, IAIN Walisongo, Fakultas Syari’ah, Pekalongan, 1988, hlm. 30.

Blogger templates

 

Sample text

Sample Text

Sample Text