BAB I
PENDAHULUAN
Jatuhnya kota Baghdad pada masa
khalifah Al-Mu’tasihim pada tahun
1258 M ke tangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan cucu Jengis Khan bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran
politik dan peradaban Islam. Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban
Islam yang sangat kaya khazanah ilmu pengetahuan itu lenyap dibumi hanguskan
pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang bergelar Tikhan. Wilayah kekuasaan
khilafah Abbasiyah tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang
satu sama lain saling memerangi. India merupakan wilayah
Islam sejak masa khalifah Al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah pun tak terelakkan
dari penyerangan hingga jatuh ke tangan bangsa Mongol.
Setelah satu abad umat Islam menderita dibawah kekuasaan
bangsa Mongol dan berusaha bangkit dari kehancuran, malapetaka datang kembali.
Penyerangan membabi buta terulang kembali di bawah pimpinan Timur Lenk ( Timur
Si Pincang ) keturunan Jengis Khan ( Raja yang perkasa ). Walaupun sudah masuk
Islam namun sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman sifat Timur Lenk masih melekat
kuat. Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali
setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu Ustmani di Turki,
Syafawi di Persia dan
Mughol di India.
BAB II
PEMBAHASAN
KEJAYAAN KERAJAAN MUGHOL
1.
Zahiruddin
Babur ( 1482 – 1530 M ).
Kerajaan Mughol di India dengan ibukota
Delhi didirikan oleh cucu Timur Lenk pada tahun 1526 M, Zaharuddin Babur. Ia
lahir pada tahun 1482 M, putra Umar Mirza penguasa Ferghana Babur mewarisi
kekuasaan daerah Ferghana dari orang tuanya semasa ia berusia 11 tahun,
sepeninggal ayahnya.
Tahun 1429 M berhasil menundukkan, menguasai Samarkand
atas bantuan Raja Syafawi,
Ismail I.
Tahun 1504 M berhasil menduduki Kabul, Ibukota
Afganistan.
Tahun 1525 M berhasil menguasai Punjab dengan Ibukota
Lahore.
Tahun 1526 M tanggal 21 April berama tentaranya menuju
Delhi, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Pada waktu itu Delhi
berada dibawah pimpinan Ibrahim Lodi. Babur berhasil menduduki Delhi India.
Sejak saat itu berdirilah kerajaan Mughol di India.
Berdirinya kerajaan Mughol memicu
raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang untuk menyerang
Babur. Namun pasukan Hindu dapat dikalahkan Babur. Sementara itu di Afganistan
masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik
kandung Ibrahim Lodi, Mahmud menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi melakukan
pemberontakan, namun dapat dengan mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran
dekat Gogra tahun 1529 M. tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48
tahun. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
2.
Humayun (
1530 – 1539 M ).
Selama masa pemerintahannya banyak
menghadapi tantangan, negara tidak pernah aman. Diantaranya tantangan yang
muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri
dari Delhi. Pemberontakan dapat dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri,
Gujarat dikuasai Humayun.
Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sherkan di
Kananja. Dalam pertempuran itu Humayun mengalami kekalahan dan melarikan diri
ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia.
Pada tahun 1555 M Humayun dengan Raja Persia kembali
menyerang Delhi dan berhasil menguasai dan menduduki Kerajaan Mughol.
Pada tahun 1556 Humayun meninggal dunia karena terjatuh
dari tangga perpustakaannya, Din Panali.
Humayun digantikan oleh anaknya Akbar yang berusia 14
tahun, karena masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairan Khan,
seorang Syi’i. Pada masa
akbar inilah Kerajaan Mughol mencapai kejayaan.
3.
Akbar (
1556 – 1605 M ).
Di awal masa pemerintahannya Akbar
menghadapi sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab.
Pemberontakan yang mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin
oleh Himu yang menguasai Gwalion dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha
memasuki kota Delhi. Bairan Khan menyambut kedatangan mereka hingga terjadi
peperangan hebat yang disebut Paniput II pada tahun 1556 M. Himu dapat
dikalahkan, ditangkap dan dieksekusi, setelah dewan akbar berusaha
menyingkirkan Bairan Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau
memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairan Khan memberontak, tetapi dapat
dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri
teratasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia menguasai Chundar, Ghand,
Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa,
Deccan, Gawilgarh, Narkala, Ahmadnagar dan Asirgali.
Pada masa pemerintahannya Akbar
menerapkan politik Sulakhul
( toleransi universal ). Dengan politik ini rakyat India dipandang sama,
tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya yaitu Jehangis ( 1605 – 1628
M ), Syah Jehan ( 1628 – 1658 M ) dan Aurangzeb ( 1658 – 1707 M ). Setelah
itu kerajaan Mughol tidak dapat dipertahankan lagi oleh raja-raja berikutnya.
Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar
membawa kemajuan dalam berbagai bidang. Dalam bidang ekonomi, Kerajaan Mughol dapat
mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Sumber keuangan
negara pada masa itu lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Kerajaan
berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri ini. disamping untuk
kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia,
dan Asia Tenggara brsamaan dengan hasil kerajinan, seperti kain tenun dan kain
tipis yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan
produksi, Jehangis mengizinkan Inggris ( 1611 M ) dan Belanda ( 1617 M ) untuk
mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
Bersamaan dengan majunya bidang
ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol
adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun
India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang
sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, karya Alegoris
yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb muncul
seorang sejarawan bersama Abu Fadl dengan karyanya Akkbar Nama dan Aini Akhbar,
yang memaparkan sejarah Kerajaan Mughol beradasarkan figur pemimpinnya. Karya
seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
dicapai Kerajaan Mughol adalah karya-karya arsitektur yang indah dan
mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Katpur Sikri di Sikri, villa dan
masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapis mutiara
dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
KEMUNDURAN DAN RUNTUHNYA KERAJAAN MUGHOL
Sepeninggal Aurangzeb ( 1707 M ),
tahta kerajaan dipegang oleh Muazzan bergelar Bahadur Syah ( 1707 – 1712 M )
putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya berkuasa di Kabul. Ia menganut aliran
Syi’ah. Pada masa pemerintahannya ia dihadapkan pada pemberontakan Sikh,
pemberontakan penduduk Lahore. Sepeninggal Bahadur Syah terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan keluarga istana. Bahadur Syah digantikan putranya Azimus
Syah. Akan tetapi pemerintahannya ditentang Zulfiqan Khan, putra Azad Khan,
wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M dan digantikan oleh
putranya Jihandar Syah yang mendapat tantangan dari adiknya sendiri Farukh
Syah. Jihandar Syah disingkirkan Farukh Syah pada tahun 1713 M.
Farukh Syah berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan
Sayyid, tapi tewas di tangan para pendukungnya pada tahun 1719 M. sebagai
gantinya diangkat Muhammad Syah ( 1719 – 1748 M ). Namun ia dan pendukungnya
terusir oleh suku Asyyar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah
melenyapkan kekuasaan Syayawi di Persia. Nadir Syah menundukkan Kerajaan Mughol
karena kerajaan ini banyak membantu pemberontak Afghan di Persia. Oleh karena
itu pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menundukkan Persia, ia menyerang
Kerajaan Mughol. Muhammad Syah mengaku kalah dan tunduk pada Nadir Syah.
Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah bersedia memberi hadiah yang
sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughol baru dapat melakukan restorasi
kembali, setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam
Al-Mulk ( 1722 – 1732 M ).
Pada tahun 1732 M Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetap
disana.
Konflik-konflik berkepanjangan berakibat pemerintahan
lemah, hingga pemerintahan daerah melepaskan loyalitasnya dari pemerintahan
pusat, bahkan memperkuat posisi pemerintahan masing-masing. Hiderabad dikuasai
Nizam Al-Mulk, Marathas
dikuasai Shivaji, Rajfut dikuasi Singh dari Amber, Punjab dikuasai kelompok
Sikh, Oudh dikuasi oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai Syuja Al-Din, menantu Mursyid Qulle,
penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Wilayah-wilayah pantai dikuasai
pedagang asing terutama EIC, Inggris.
Setelah Muhammad Syah meninggal, kerajaan dipegang oleh
Ahmad Syah ( 1748 –
1754 M ), kemudian dilanjutkan oleh Alamshir II ( 1754 – 1759 M ), dilanjutkan
oleh Syah Alam ( 1761 – 1806 M ). Pada tahun 1761 M, Kerajaan Mughol diserang
oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughol berada di bawah kekuasaan
Afghan meskipun Syah Alam tetap diizinkan memakai gelar sultan.
Ketika kerajaan Mughol dalam keadaan lemah, perusahaan
inggris EIC mengangkat senjata melawan kerajaan Mughol. Akhirnya Syah Alam
membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Oudh, Bengal, dan Oriba kepada
inggris. Sementara itu Najibal Daula wazir Mughol dikalahkan oleh aliansi Sikh
hindu, hingga Delhi dikuasai Sindhia dari Marathas. Akan tetapi Sindhia dapat
dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris ( 1803 M ).
Syah Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan
dipegang oleh Akbar II ( 1806 – 1837 M ). Pada masa pemerintahannya Akbar
memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India,
tapi pihak perusahan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan
demikian kekuasaan ditangan Inggris.
Bahadur Syah ( 1837 – 1858 M ) penerus Akbar tidak
menerima perjanjian antara EIC dengan ayahnya. Pada saat itu pula EIC sedang
mengalami kerugian karena kurang efisien penggunaan dana penyelenggaraan
administrasi perusahaan. Akibat kerugian tersebut, guna memenuhi kebutuhan
istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi kepada rakyat. Karena ditekan
rakyat baik yang Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka
meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan demi mengembalikan
kekuasaan Mughol di India. Maka
terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei
1857 M. Namun perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah karena Inggris
mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris
kemudian menjatuhkan hukuman kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari Delhi, rumah
ibadah banyak yang dihancurkan dan Bahadur Syah, Raja Mughol terakhir diusir
dari istana ( 1858 M ). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti
Mughol di daratan India, dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang
mempertahankan eksistensi mereka.
BAB III
KESIMPULAN
-
Pada masa
Khilafah Bani Umayyah, tepatnya masa pemerintahan Khalifah Al-Walid Ibn Abdul Malik ( 705 –
715 M ), melakukan ekspansi kekuasaannya sampai ke India dibawah pimpinan
Muhammad Ibn Qosim.
-
Pada masa
pemerintahan khalifah Marwan bin Muhammad khalifah terakhir Bani Umayyah tahun 750 Daulah Umayyah
digulingkan Bani Abbas dan berdiri Dinasti Abbasiyah.
-
Pada tahun
1258 Dinasti Abbasiyah jatuh ke tangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu
Khan beragama Syamasnism.
-
Pada tahun
1328 Timur Lenk ( beragama Islam ) cucu Jenghis Khan menyerang India dan
berhasil menguasainya. Masa kejayaan dinasti Timuriyah ( Mongol ) berakhir pada
masa pemerintahan Abu Said ( 1452 – 1469 M ).
-
Pada tahun
1526 Zaharuddin Babur, putra Umar Mirza, cucu Timur Lenk berhasil mendirikan
kerajaan Mughol di India.
-
Pada tahun
1858 berakhirlah kekuasaan Dinasti Mughol di daratan India. India berada dibawah kekuasaan
penjajah inggris ( Kristen ).
DAFTAR PUSTAKA
Yatim Badri, MA., Drs. Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar