Ilmu dan Sejarah
1. Perpautan
Ilmu dan Sejarahnya
Sebelum kita mempelajari hadits,
terlebih dahulu kita mempelajari pengantarnya yang meliputi sejarah pertumbuhan
dan perkembangannya, sejarah ilmu-ilmunya dan pokok-pokok dasar yang menjadi
pedoman dalam menghadapinya ( hadits ).
Apakah faedah kita mempelajari hadits
dan sejarah ilmu-ilmunya sebelum kita mempelajari hadits ?
Dengan memeriksa periode-periode yang
telah dilalui oleh ilmu itu (sejarah perkembangannya), dapatlah
kita mengetahui betapa proses pertumbuhannya dan perkembangannya dari masa ke
masa. Mempelajari sejarah perkembangan hadits, baik perkembangan
riwayat-riwayatnya maupun pembukuannya, amat diperlukan karena dipandang satu
bagian dari pelajaran hadits yang tidak boleh dipisahkan.
- Soal-soal yang dihadapi dalam
mempelajari sejarah ilmu hadits.
Mempelajari sejarah ilmu hadits harus
dititik beratkan kepada dua soal yang terpokok :
a.
Mempelajari
periode-periode ilmu hadits dan nadhariyah-nadhariyahnya, serta memperhatikan
keadaan masyarakat yang telah mendukung nadhariyah-nadhariyah itu dan
lapangan-lapangan yang telah ditempuh olehnya.
b.
Mempelajari
pemuka-pemuka ilmu hadits dengan sedalam-dalamnya.
Selain dari itu, kita pelajari manhaj-manhaj
yang telah dijalani dan tujuan-tujuan yang dimaksudkan serta nilai-nilai hasil
yang telah diperoleh. Demikian pula natijah-natijah yang telah dicapai.
B. Hadits Dalam Periode
Pertama ( Masa Rasul )
Masa pertama : masa wahyu dan
pembentukan hukum serta dasar-dasarnya dari permulaan Nabi dibangkit hingga
beliau wafat pada tahun 11 H.
( dari 13 S.H. – 11 H ).
- Masa pertumbuhan hadits dan
jalan-jalan para sahabat memperolehnya.
Rasul hidup ditengah-tengah
masyarakat sahabatnya. Mereka dapat bertemu dan bergaul dengan beliau secara
bebas. Tidak ada ketentuan protokol yang menghalangi mereka bergaul dengan
beliau. Yang tidak dibenarkan hanyalah mereka langsung masuk ke rumah Nabi
dikala beliau tak ada dirumah dan berbicara dengan para isteri Nabi, tanpa
hijab.
Nabi bergaul dengan mereka dirumah,
dimasjid, dipasar, dijalan, didalam safar dan didalam hadlar.
- Para sahabat yang banyak menerima
pelajaran dari Nabi
a.
Yang
mula-mula masuk Islam yang dinamai as sabiqunal awwalun, seperti Khulafa
Empat dan Abddullah Ibnu Mas’ud.
b.
Yang
selalu belajar disamping Nabi dan bersungguh-sungguh menghafalnya, seperti Abu
Hurairah.
c.
Yang lama
hidupnya sesudah Nabi, dapat menerima hadits dari sesama sahabat, seperti Anas
Ibn Malik dan Abdullah Ibn Abbas.
d.
Yang erat
hubungannya dengan Nabi, yaitu : Ummahatul Mu’minin, seperti Aisyah dan Ummu
Salamah.
- Sebab-sebab hadits ditulis
tiap-tiap Nabi menyampaikannya
Perbedaan-perbedaan perhatian dan
tidak boleh membukukan hadits disebabkan oleh faktor-faktor ini :
a.
Mentadwinkan
ucapan-ucapannya, amalan-amalannya, muamalah-muamalahnya adalah keadaan yang
sukar, karena memerlukan adanya segolongan sahabat yang terus menerus harus
menyertai Nabi untuk menulis segala yang tersebut diatas padahal orang-orang yang dapat menulis pada masa itu masih dapat
dihitung.
b.
Karena
orang Arab – disebabkan mereka tak pandai menulis dan membaca tulisan – kuat
berpegang pada kekuatan hafalan dalam segala apa yang mereka ingin
menghafalnya.
c.
Karena
dikhawatirkan akan bercampur dengan catatan sebagian sabda Nabi dengan
Al-Qur'an dengan tidak disengaja.
Muslim memberitakan dari Abu Said
Al-Khudry, bahwa Nabi SAW bersabda :
“Jangan
anda tulis apa yang anda dengar daripadaku, selain dari Al-Qur'an. Barang siapa
yang telah menulis sesuatu yang selain dari Al-Qur'an, hendaklah dihapuskan’.
Dan Nabi bersabda lagi :
“Dan
ceritakanlah daripadaku . Tak ada keberatan anda ceritakan apa yang anda dengar
daripadaku. Barang siapa berdusta terhadap diriku (membuat sesuatu kedustaan,
padahal aku tidak mengatakannya) hendaklah dia bersedia menempati kediamannya
didalam neraka”.
Hal ini tidak menghalangi adanya
para sahabat yang menulis hadits dengan cara tidak resmi. Memang ada beberapa
atsar yang shahih yang menegaskan adanya para sahabat menulis hadits dimasa
Nabi.
- Kedudukan usaha menulis hadits
dimasa Nabi SAW
Riwayat-riwayat yang benar
menceritakan bahwa sebagian sahabat mempunyai lembaran-lembaran yang tertulis
hadits. Mereka bukukan didalamnya sebagian hadits yang mereka dengar dari
Rasulullah SAW, seperti Shahifah Abdullah Ibn Amer Ibn ‘Ash yang dinamai Ash
Shadiqah.
Ada pula riwayat yang menerangkan
baha Ali mempunyai sebuah shahifah, ditulis didalamnya hukum-hukum diyat yang
diberatkan kepada keluarga dan lain-lainnya.
Sebagian sahabat menyatakan keberatannya
terhadap pekerjaan yang dilakukan Abdullah itu. Mereka berkata kepada Abdullah,
“Anda selalu menulis apa yang ada dengar dari Nabi, padahal beliau
kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu yang tidak
dijadikan syariat umum”.
Mendengar itu Abdullah pergi bertanya
kepada Nabi, apakah boleh dia menulis hadits-hadits yang didengarnya dari Nabi.
Nabi bersabda :
“Tulislah
apa yang anda dengar daripadaku, demi Tuhan yang jiwaku ditangan-Nya, tidak
keluar dari mulutku selain kebenaran”.
- Pembatalan larangan menulis hadits
Sebagian ulama berpendapat bahwa
tidak ada pertentangan antara larangan dan keizinan, apabila kita fahamkan
bahwa yang dilarang adalah pembukuan resmi seperti halnya Al-Qur'an, dan
keizinan itu diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunnah untuk diri
sendiri.
Dan dikuatkan pula kebolehan menulis
hadits secara tidak resmi, oleh riwayat Al-Bukhary yang meriwayatkan bahwa
ketika Nabi dalam keadaan sakit berat, beliau meminta dituliskan pesan-pesannya
untuk menjadi pegangan umat. Akan tetapi, dikala itu Nabi dalam keadaan sakit
berat, menghalanginya karena ditakuti menambah sakit beliau.
Dan dapat pula dipahamkan bahwa
sesudah Al-Qur'an dibukukan barulah di keluarkan izin menulis sunnah.
C. Hadits Dalam Periode Kedua ( Masa Khulafaur
Rasyidin – Masa Membatasi Riwayat ).
- Sikap sahabat terhadap usaha
mengembangkan hadits sebelum dan sesudah Nabi wafat.
Perintah mentablighkan hadits, diriwayatkan oleh
Al-Bukhary dari Ibnu Amer Ibnu Ash, bahwa Nabi SAW bersabda :
“Sampaikanlah daripadaku, walaupun
hanya seayat”.
Kata Al-Mudhiry, “Makna hadits ini
ialah sampaikanlah daripadaku segala hadits-haditsku walaupun hanya sedikit”.
Kata Al-Baidlawy, Nabi bersabda,
walaupun seayat. Beliau tidak mengatakan walaupun sehadits, karena perintah
menyapaikan hadits (mentabligkannya) dapat difahamkan dari hadits ini dengan
jalan Aulawiyah (lebih patut atau lebih perlu) lantaran ayat Al-Qur'an walaupun
sudah tersebar dan banyak pendukungnya, Allah sendiri telah menjamin
terpelihara dari hilang dan rusak.
- Hadits dimasa Abu Bakar dan Umar
Para sahabat, sesudah Rasul wafat
tidak lagi berdiam dikota Mekkah, mereka pergi kekota-kota lain. Maka penduduk
kota-kota lainpun mulai menerima hadits. Para tabi’in mempelajari hadits dari
para sahabat itu.
Dengan demikian mulailah berkembang
riwayat dalam karangan tabi’in. Perkembangan hadits dan memperbanyak
riwayatnya, yang terjadi sesudah masa Abu Bakar dan Umar yaitu masa Utsman dan
Ali.
- Sebab-sebab pada masa Abu Bakar
dan Umar hadits tidak tersebar dengan pesat
Dengan tegas-tegas menerangkan
bahwa Umar di ketika memegang tampuk ke khalifahan meminta dengan keras supaya
para sahabat menyelidiki riwayat. Beliau tidak membenarkan orang membanyakan
periwayatan hadits. Saat mengutus utusan ke Irak, beliau mewasiatkan supaya
utusan-utusan itu mengembangkan Al-Qur'an dan mengembangan kebagusan tajwidnya
serta mencegah mereka membanyakan riwayat.
- Cara-cara para sahabat
meriwayatkan hadits
Cara sahabat-sahabat Nabi
meriwayatkan hadits ada dua :
a.
Adakala
dengan lafal asli, yakni menurut lafal yang mereka terima dari Nabi dan yang
mereka hafal benar dari lafal Nabi itu.
b.
Adakala
dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya bukan lafalnya, karena
mereka tidak hafal lafalnya yang asli dari Nabi.
- Lafal-lafal yang dipakai sahabat
dalam meriwayatkan hadits dan nilai-nilainya.
Lafal-lafal yang dipakai para
sahabat dalam meriwayatkan hadits, baik perkataan Nabi, maupun perbuatannya.
Para ahli ushul membaginya kepada lima derajat :
a.
Derajat
pertama, dialah yang paling kuat ialah seorang shahaby berkata, sami’tu
Rasulullahi yaqulu kadza = saya dengar Rasulullah SAW berkata begini ..... , atau akhbarani = mengkhabarkan
kepadaku ...... , atau haddatsani = menceritakan kepadaku ....... , atau syafahani = berbicara dihadapanku .......
b.
Derajat
kedua, ialah seorang shahaby berkata, bersabda Rasulullah SAW bergini, atau
mengkhabarkan Rasul begini, atau menceritakan Rasul begini.
c.
Derajat
ketiga, ialah seorang shahaby berkata, Rasulullah SAW menyuruh begini, atau
menegah ini. Ini dihukum marfu’ menurut madzhab jumhur.
d.
Derajat
keempat, ialah seorang shahaby berkata, Kami diperintahkan begini, atau ditegahkan
begini.
e.
Derajat
kelima, ialah seorang shahaby berkata, Adalah mereka (kami) para sahabat
berbuat begini. Maka jika disandarkan kepada zaman Rasul, memberi
pengertian boleh.
- Ketelitian para sahabat dalam
menerima hadits dari sesama sahabat
Sahabat Rasulullah SAW dan
pemuka-pemuka tabi’in mengetahui isi Al-Qur'an dengan sepenuhnya. Mereka dengan
segera mengikuti segala awammir dan menjauhi segala nawahi.
Apabila mereka mengetahui sesuatu dari sunnah Rasul mereka bersegera
mengajarkannya kepada orang lain dan menyampaikannya untuk memenuhi tugas
wajib, menyampaikan amanat dan untuk mencari rahmat.
Dengan demikian segeralah hadits-hadits
itu tersebar dikalangan ummat. Maka apabila hadits itu terlupa oleh seseorang,
tetap ada orang yang menghafalnya.
- Hadits di masa Utsman dan Ali
Di ketika kendali pemerintahan
dipegang oleh Utsman r.a. dan dibuka pintu perlawatan kepada para sahabat serta
umat mulai memerlukan sahabat, istimewa sahabat-sahabat kecil, bergeraklah
sahabat-sahabat kecil mengumpulkan hadits dari sahabat-sahabat besar dan
mulailah mereka meninggalkan tempat untuk mencari hadits.
- Sebab-sebab para sahabat tidak
membukukan hadits dan mengumpulkannya dalam sebuah buku
Para sahabat tidak membukukan hadits
dikarenakan lafal-lafal sunnah itu tidak terjamin kesempurnaannya sebagaimana
Allah telah menjaga
Al-Qur'an dengan nadhamnya yang paling indah yang tak dapat diciptakan
oleh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar