Social Icons

Pages

Kamis, 10 Oktober 2013

KONSEP PENDIDIKAN UMAR BIN ABDUL AZIZ


      PENDAHULUAN
Marilah kita sekarang memasuki babak dan lembaran baru yang indah dari gelombang-gelombang sejarah yang beralun-alun dipantai sejarah Islam itu menuju cita-cita Islam yang luhur, agung dan mulia, yaitu ‘Izzul Islam wal Muslimin ( kejayaan Islam dan kaum muslimin ). Suatu mata rantai sejarah yang kait-berkait dengan kepribadian seorang manusia yang saleh dan taqwa yang memainkan peranan yang amat penting dalam lakon sejarah itu, Umar bin Abdul Aziz.1)
Medan kepemimpinan, kepemerintahan, perekonomian dan tidak terlepas kepada keamanan telah mengalami sentuhan jiwa beliau. Begitu pula dengan bidang pendidikan dan kebudayaan.2) Pelajaran yang disuguhkan oleh Umar bin Abdul Aziz ini sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya. Tidak sepantasnya kita menunggu terlalu lama tentang apa dan siapakah Umar bin Abdul Aziz itu ?.
Untuk mengenal lebih dalam pribadi seorang tokoh besar sejarah Islam seperti halnya dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz perlulah kita lebih dahulu mengetahui biografi, setting sosial, metode, teori, ide pokok pemikiran beliau tentang pendidikan Islam, dan sekilas analisa pemikiran beliau.









II.  PEMBAHASAN
A.  Biografi
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang putera Syria yang dilahirkan di kota suci Madinah pada tahun 61 H dan ada pula yang mengatakan pada tahun 63 H ( 682 M ). Beliau adalah khalifah ke – 8 Dinasti Umayyah yang berkedudukan di Damaskus. Ia memerintah selama kurang lebih 2,5 tahun ( 99 – 102 H / 717 – 720 M ). Ia dikenal sebagai khalifah yang bijaksana, adil dan jujur, sederhana, alim dan wara, serta tawadhu dan zahid. Dalam beberapa literatur ia disebut juga Umar II dan disejajarkan dengan Umar bin Khattab, khalifah kedua dari Al-Khulafaur Rashidin ( empat khalifah besar ). Nama lengkapnya adalah Abu Hafs Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin As bin Umayah bin Abd Syams. Ayahnya Abdul Aziz, pernah menjadi gubenur di Mesir selama beberapa tahun. Ia adalah keturunan Umar bin Khattab melalui ibunya, Laila Umm Asim binti Asim bin Umar bin Khattab.3)
Umar menghabiskan sebagian besar hidupnya di Madinah hingga ayahnya wafat tahun 85 H ( 704 M ) kemudian pamanya, khalifah Abdul Malik bin Marwan, membawanya ke Damaskus dan mengawinkannya dengan putrinya, Fatimah.
Umar memperoleh pendidikan di Madinah, yang pada waktu itu merupakan pusat Ilmu pengetahuan dan gudang para ulama hadits dan tafsir. Di kota ini ia mendapat pendidikan dan pengajaran serta bimbingan yang sehat.
Pada masa pemerintahan khalifah Al-Walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I ( khalifah ke – 6, memerintah tahun 86 – 87 H ) tepatnya pada tahun 87 H, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Hedzjaz dengan kedudukan di kota Madinah.4)




B.  Setting Sosial
Umar turunan Bani Umayah ; ayahnya Abdul Aziz ibnu Marwan, pamanya khalifah agung Abdul Malik ibnu Marwan, sedang istrinya Fathimah binti Abdul Malik, saudara dari Al-Walid. Dari saluran ini ia beroleh rezeki yang baik serta mengenal dan mengenyam kehidupan dalam istana. Ia di didik dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kenikmatan dan kemakmuran hidup.5)
Semenjak kecil beliau sudah biasa berada di lingkungan Ilmu, menjadi pelajar yang cukup tekun. Kecondongannya terhadap Ilmu sudah dimiliki sejak kecil. Kesenangan terhadap masalah peradaban mulai tumbuh semenjak mengenal arti kehidupan. Sejak masih di Mesir sudah terkenal dengan ketekunannya. Pergaulannya luas diantara orang tabi’in dan perawi hadits yang menjadi sahabatnya. Senang mendengarkan syair dan segala tentang peradaban. Segala Ilmu agama dilahap karena senang bergaul dengan para ahli fiqh, ulama dan para guru.
Menginjak remaja, Umar bin Abdul Aziz di kirim ayahnya ke Madinah untuk menekuni bidang agama, hadits dan Ilmu-Ilmu yang lain. Di Madinah pun tidak berbeda dengan di Mesir. Majelis persahabatannya adalah para ulama terkenal Madinah. Tidak mustahil dan aneh bila beliau juga cukup mumpuni ( berbobot ) di bidang fiqh dan hadits. Umar begitu aktif di medan pengetahuan ini, sehingga tidak mengherankan apabila hampir disetiap langkah nafas Islam mengalir.6)
Sebelum menjadi khalifah, Umar telah mengenal minyak wangi dan pakaian sutra, sebagaimana ia mengenal nyanyian-nyanyian. Ia senang mendengarkan nyanyian-nyanyian dan bertepuk tangan untuk para penyanyi. Dia tidak berhenti di situ saja, bahkan ia sendiri turut bernyanyi dan mengubah not-not lagunya. Disamping itu Umar memperlengkapi istananya dengan perabot-perabot yang paling mewah dan mahal harganya. Menurut riwayat, sebelum Umar menjadi khalifah ada hal-hal yang tercela pada dirinya, yaitu ketika ia terlalu suka kepada kemewahan, memakai pakaian serta perhiasan yang berlebih-lebihan, dan kecongkakannya ketika berjalan. Ia suka memakai minyak wangi yang istimewa. Bila ia berjalan, maka meratalah baunya yang semerbak itu di tempat-tempat yang dilaluinya.7)
Semua apa yang dikatakan dalam riwayat tersebut adalah benar. Tetapi itu tidaklah aneh dan menyolok. Dan kita tidaklah boleh lupa, bahwa Umar bin Abdul Aziz dilahirkan dirumah tangga feodal Bani Umayyah, rumah tangga raja-raja yang hidupnya penuh dengan kesenangan dan kelezatan. Ia adalah anak seorang gubenur pejabat tinggi yang kaya raya tetapi jujur. Pamannya adalah seorang khalifah, Abdul Malik bin Marwan yang sangat sayang kepadanya.
Kemudian Umar menjadi khalifah. Dan saat itu merupakan garis pemisah antara hidupnya yang lama dan hidupnya yang baru. Ia menyadari tanggung jawabnya yang besar dan kezaliman-kezaliman yang banyak terjadi di masa itu, serta resiko berat yang harus dihadapinya.8)
Kesibukannya sebagai khalifah-lah yang menghalangi Umar bin Abdul Aziz menapak di dunia Ilmu pengetahuan. Mungkin tidak mustahil akan panjang langkah yang dihasilkan beliau dibidang ini. Tidak mustahil pula mampu menjadi guru dari para ulama dan ahli fiqh terbesar. Perhatian dan minat beliau tetap besar sebagaimana sebelumnya meskipun jabatan khalifah membuatnya hampir tak punya waktu memperdalam Ilmu agama. Beliau tidak kehilangan akal. Dibukanya pintu rumah dan istana bagi para ulama sebagai medan perbincangan mereka.
Medan perbincangan itulah yang dipakai sebagai ajang perkembangan Ilmu agama dimasa pemerintahannya. Tidak sedikit andil beliau dalam pengembangan Ilmu agama, khususnya Ilmu hadits yang menjadi perhatian utama. Bahkan dengan kewenangannya sebagai pemimpin masyarakat banyak hal bisa ditempuh untuk kebaikan masyarakat.9)



C.  Metode
Kesibukan Umar sebagai khalifah tidak menghalangi untuk memberi semangat dan pengarahan dalam bidang pengembangan Ilmu. Tidak saja memberikan pegnarahan agar para ulama menjalankan tugas pokok mereka, menyediakan lahan dan jaminan agar mereka tidak tergoda melakukan yang lain, tetapi Umar juga mempunyai andil yang cukup besar dalam bidang ilmiah bagi umat Islam.
Waktu malam adalah saat menegakkan diskusi ilmiah dan membuka pintu-pintu perdebatan yang sehat, bebas dan merdeka. Umar sadar sepenuhnya itulah cara untuk menghidupkan semangat dalam mencapai hakikat yang terlepas. Umar bin Abdul Aziz menggunakan arena diskusi tersebut sebagai alat menyegarkan jiwa. Musyawarah dan tukar pikiran adalah pintu rahmat dan kunci barakah. Perdebatan argumen, dan alasan serta fikiran akan menggerakkan otak. Mendalamkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu. Juga tidak lupa memperkaya pendapat dan pemikirannya.10)
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah metode diskusi dan musyawarah. Untuk bertukar pikiran tentang sesuatu, terutama tentang Ilmu agama.

C.  Teori
Umar bin Abdul Aziz telah memenangkan hal yang hakiki. Kemenangan hakiki yang mengembalikannya ke pengalaman ruhaniah pemikiran pertama, dan ikatan kesatuan yang kokoh dengan Allah SWT. Kemenangan yang selalu mewarnai setiap gerak, shalat, puasa, tilawah dan dzikir serta pemikiran tentang umat. Semua itu dilandasi dengan keimanan yang hidup dengan mantap, yang bersumber kepada sanubari yang selalu berhubungan dengan Allah dan kekuasaan-Nya. Hal demikian sebenarnya sudah menjadi kaidah kemasyarakatan di masa Rasulullah SAW dan khulafaur Rasyidin itu semua akan menjadi pembimbing utama dalam gerak langkah maju untuk menjunjung tinggi lambang Islam “ Laa Ilaaha Illallah ”.
Dari pembinaan dan pendidikan yang ditempuh Umar dapat disimpulkan bahwa teori pendidikannya adalah teori “ Ing ngarso sung tuladha ”.11)

E.  Pokok-Pokok Pemikiran
Umar mengetahui benar hakikat menakjubkan dari pendidikan. Dia bisa mengolah seorang anak muslim yang bertauhid, baik bagi dirinya maupun sasarannya.12)
Khalifah Umar sangat nampak sekali bagaimana seriusnya beliau didalam mengarahkan dan membimbing didikannya agar senantiasa berada pada jalan kebenaran. Jika sudah demikian, demi Allah ajaran baru pun tidak mempan, tidak mampu mempengaruhi dan memojokannya. Hal ini pula yang diinginkan Umar dari putra-putrinya sebagaimana tersurat dalam tulisan yang dikirimkan kepada guru kepada anak-anaknya.
Aku memilih anda atas dasar pengetahuannya bahwa anda mampu memberi pelajaran pada anak-anakku. Aku jauhkan mereka dari kehidupan khusus. Tidak ada pengawal dan pula tiada perlakuan khusus untuk mereka. Dengan demikian aku berharap anda dapat bertindak tegas, keras dan disiplin terhadap mereka agar mereka cepat mendapatkan kemajuan. Jangan berkawan terlalu dekat dengan mereka, karena yang demikian itu biasanya membawa kelengahan. Jangan pula terlalu banyak tertawa karena itu akan mematikan hati. Tanamkan hal utama dan pertama dalam pendidikan yang kau berikan tentang keyakinan bahwa berfoya-foya yang didalangi setan wajib dibenci. Ajarkan mereka menghafal satu juz dari Al-Qur'an pada permualaan. Sesudahnya anda ajari mereka memanah. Bawa keladang tanpa sepatu untuk menembak sasaran baru kemudian bawa ke tempat yang teduh.
Itu semua adalah dalam rangka menyiapkan mental putra-putranya agar menjadi tabah, tekun, dan tidak kenal menyerah. Tidak tenggelam dalam kehidupan duniawi dan bisa merasakan kehidupan sederhana yang cenderung jauh dari kemewahan.
Adapun pokok-pokok pemikiran beliau dalam pendidikan, yaitu :
v  Segala gerak pembaharuan tidak akan langgeng tanpa diikuti adanya sikap mental yang baik, siap menerima perubahan itu. Gerak perubahan harus dimuali dari gerak batin, amalan batin yang oleh Rasulullah SAW disebutkan dengan “ Al-Jihad Al-Akbar ”.
v  Adanya kesimbangan antara ajaran lahiriah dan yang diterima dibatiniyahnya. Perubahan lahiriyah saja tanpa persiapan perubahan batiniyah jelas hanya akan menemukan kegagalan.
v  Ilmu dan amalan merupakan ikatan yang tidak terpisahkan. Tidak ada Ilmu tanpa amalan dan tidak ada amalan tanpa Ilmu. Inilah inti faham pendidikan yang dibawa Islam dan yang pula disampaikan Umar bin Abdul Aziz.13)
v  Pengalaman tanpa adanya standar ilmiah tidak akan membawa hasil yang nayata. Adapula yang berbahaya dari amalan. Yaitu apabila disertai dengan rasa kebanggaan. Hasilnya yang akan datang ialah seperti benih yang lahiriahnya banyak menipu umat manusia.14)

F.   Analisa Pemikiran
Perjalanan beliau Umar bin Abdul Aziz selama dua tahun lima bulan akhirnya memberikan pengertian akhir kepada kita. Pelajaran yang lebih banyak menunjukkan hakikat penting dalam sejarah manusia dan kaum muslimin khususnya. Yaitu keberhasilan Umar yang mendasar dalam kehidupan manusia disegala medan dalam waktu yang relatif singkat. Hampir semua segi kehidupan dan sasaran manusia mengalami sentuhan perubahan tangan beliau, siasat dan perang, tata negara dan kemasyarakatan, perekonomian, dan juga pendidikan dan kebudayaan.




Umar bin Abdul Aziz adalah penguasa yang unik dari segala segi. Nilai administrasi yang tinggi yang ditetapkannya hanya dapat tertandingi oleh empat khalifah ilam yang pertama. Dengan berpedoman pada kebenaran dan keadilan itulah dua sendi pokok dari terpeliharanya pedoman ini. Jika salah satu hilang, maka hilanglah tata tertib ilahi. Apalagi jika kedua-duanya hilang, entah apa jadinya.

























DAFTAR  PUSTAKA

A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : PT. Ali Husna Zikra, 1995.
Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Van Hoeve, 1994.
Firdaus A.N, Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1985.
Imaduddin Kholil, Umar bin Abdul Aziz : Perombak Wajah Pemerintahan Islam, Solo : CV. Pustaka Mantiq, 1992.
Jamil Ahmad, Seratus Tokoh Terkemuka, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000.










     


1) Firdaus A.N, Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ( Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1985 ), hlm. 52.
2) Imaduddin Kholil, Umar bin Abdul Aziz : Perombak Wajah Pemerintahan Islam, ( Solo : CV. Pustaka Mantiq, 1992 ), hlm. 173.
3) Op. Cit, hlm. 54.
4) Ensiklopedi Islam 5, ( Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994 ), hlm. 122.
5) A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, ( Jakarta : PT. Ali Husna Zikra, 1995 ), hlm. 105.
6) Imaduddin Kholil, Op. Cit, hlm. 175-176.
7) A. Syalabi, Op. Cit, hlm. 105-106.
8) Ibid, hlm. 106.
9) Imaduddin Kholil, Op. Cit, hlm. 176.
10) Ibid, hlm. 179-180.
11) Ibid, hlm. 173.
12) Ibid, hlm. 181.
13) Ibid, hlm. 173-182.
14) Ibid, hlm. 182.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

 

Sample text

Sample Text

Sample Text