Social Icons

Pages

Sabtu, 11 Februari 2012

pacaran


BAB  I
PENDAHULUAN

Tidak ada masa dalam kehidupan manusia yang paling bergejolak selain masa remaja. Masa ketika remaja mulai mengenal niatnya untuk berhubungan dengan lawan jenis yang ditandai dengan perhatiannya terhadap penampilan fisik seperti berhias dan berpakaian. Para ahli sepakat pada masa ini remaja tengah mencari jati dirinya sebagai manusia utuh. Salah satu pencarian itu adalah cinta.1)
Pada saat sekarang ini pacaran sucah menjadi trend bagi pasangan muda-mudi yang terpaut cinta kasih diantara kecuanya. Ibnu Qoyyim berpendapat ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta. Pertama, sifat-sifat yang dimilki oleh seseorang yang membuat ia dicintai kekasihnya. Kedua, perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut. Ketiga, pertautan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.2)














BAB  II

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Pacaran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( Edisi ketiga, 2002 : 807 ), Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan empunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Berpacaran adalah bercintaan, berkasih-kasihan. Memacari adalah mengencani, menjadikan dia sebagai pacar. Kata pacar sendiri berasal dari nama sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemaikan kembali.
Pacaran sendiri dapat diartikan ajang saling mengenal agar mengetahui karakter masing-masing. Dimana dalam Islam ajang perkenalan disebut khitbah       ( meminang ).3)
Namun pada kenyataannya atau pada umumnya dimasa sekarang para remaja mengasumsikan dan mengartikan pacaran bukan hanya sebagai ajang perkenalan saja akan tetapi lebih dari itu. Dimana mereka memadu rasa cinta dengan orang yang dicintainya, bahkan kadang lebih dari itu seperti halnya berduaan ditempat sepi, bergandengan tangan, yang mana pada masa sekarang disebut dengan Making Love. Dan ada pula yang mengatakan bahwa pacaran adalah ajang Free Sex, yang semuanya itu menjurus pada perbuatan zina.
Sehingga dalam hal ini melenceng dari pengertian pacaran yang sesungguhnya, pacaran dianggapnya upaya mengenali si pacar. Padahal pacaran adalah saat-saat paling munafik dalam kehidupan seseorang. Munafik karena masing-masing akan berusaha menutup kelemahannya dan dengan pongahnya menampakkan kelebihan masing-masing bahkan hal tak lebih pun ditonjol-tonjolkan.4)



2.      Dalil-Dalil
Adapun dalil-dalil atau nash yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a)



Artinya :  Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ( Al-Hujuraat : 13 ).
b)



Artinya    : Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. ( Ar-Ruum : 21 ).
c)

Artinya :  Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. ( Al-Israa : 32 ).
d)

Artinya :  Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita, kecuali yang ketiganya adalah syetan.

e)



Artinya :  Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi, berduaan dengan wanita yang tidak didampingi muhrimnya, sebab bila demikian setanlah yang menjadi pihak ketiganya. ( HR. Ahmad ).

3.      Kaidah Ushul Fiqh
Dari nash atau dalil-dalil di atas maka dapat diambil kaidah-kaidahnya sebagai berikut : kalau pengertian pacaran diartikan sebagai cara untuk mengenal calon istri atau suami yang lebih terkelan dalam Islam adalah khitbah, maka dalam Islam hal tersebut diperbolehkan. Karena pada dasarnya Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memilih pasangan hidupnya agar kalau membina kehidupan berumah tangganya akan menghasilkan suatu keluarga yang sakinah dan mawadah warohmah. Yang mana dalam hal ini pihak laki-laki maupun perempunannya diperbolehkan untuk melihat secara teliti yang tentunya didampingi oleh pihak ketiga.
Karena pacara yang dilakukan oleh remaja sekarang cenderung kepada menuruti hawa nafsu dari pada hanya untuk sekedar mengenal satu sama lain, maka hal ini dapat dikatakan bahwa pacaran adalah perbuatan yang mendekati zina. Sehingga Allah dalam Al-Qur'an telah berfirman dalam Surat Al-Israa’      ayat 22 yang intinya melarang segala sesuatu perbuatan yang mendekati zina, seperti berduaan ditempat-tempat sepi dan lain sebagainya. Dan juga seperti halnya dalam hadits yang mengatakan bahwa dilarang berduaan ditempat sepi tanpa ada mahram sebab pihak ketiganya adalah syetan.
Dalam hal ini pacaran lebih cenderung kepada maksiat yang menimbulkan mafsadat daripada mashalahatnya. Dengan demikian maka pacaran hendaknya ditinggalkan, sebab sebuah kaidah ushul fiqih mengatakan bahwa menolak kerusakan ( mafsadat ) didahulukan daripada mengambil kebaikan            ( mashalih ).5)

4.      Hukum Pacaran
Kalau ditanyakan, apakah boleh mereka berpacaran sebelum nikah ?. Jawabnya adalah, bahwa secara prinsip istilah pacaran tidak dikenal dalam Islam. Sebelum nikah, apapun dalilnya mereka tidak dibenarkan menjalin percintaan          ( pacaran ). Yang ada hanyalah khitbah, yakni meminang atau melamar.
Jadi jelasnya adalah, budaya pacaran tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ia termasuk perbuatan haram, dan sangat berdosa bila dilanggar. Sebab pengertian pacaran pada umumnya adalah perilaku dua orang lain jenis yang bercinta-cintaan sebelum menikah.
Jadi, wajar kalau kadang sempat bermunculan pertanyaan dari kalangan remaja, bagaimana cara berpacaran bagi gadis-gadis dan pemuda-pemuda      muslim ?. Menurut hemat mereka sebagai remaja yang taat beragama, hidup             di era global, mereka butuh berpacaran, tapi yang islami. Bagaimanakah           kiatnya ?
Secara syar’i jawabannya tegas, bahwa berpacaran apapun dalil dan tujuannya diharamkan dalam islami. Sekailpun dizaman modern ini perilaku tersebut sudah dianggap lumrah dikalangan anak muda. Ketegasan ini karena Islam menghendaki terpeliharanya kesucian dan kehormatan para remaja sebelum mereka memasuki dunia perkawinan karena bagaimanapun, hal itu bisa berakibat pengumbaran hawa nafsu yang tidak dihalalkan oleh agama dan akan merusak moral generasi muda.6)

5.      Kesimpulan
Sebagaimana diterangkan di atas, pada prinsipnya Islam mengharamkan pacaran. Namun demikian, agama Islam juga tidak menolak dengan adanya seseorang mencintai lawan jenisnya, asalkan dorongan rasa cinta itu tidak mengantarkan kepada perzinahan, melainkan mengantarkan kepada ikatan yang halal, sakral ( nikah ). Tapi itu tidak berarti Islam memberi peluang kepada muda-mudi dengan mengatasnamakan cinta, mereka bebas berpacaran Allah SWT berfirman :




Artinya :  “Dan tidak berdosa kamu meminang wanita dengan sindiran, atau kami pendam keinginan itu dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut nama mereka ..........” ( Al-Baqarah : 235 ).

 

 

DAFTAR  PUSTAKA


Ø  Abdul Hamid Hakim, Mabadi Amaliyah, Maktubah Sa’adiyah Fitra, Jakarta : tt.
Ø  Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kacamata Islami, ( Jakarta : Media Da’wah, 2001 ).
Ø  Abu Al-Ghifari, Remaja dan Cinta Memahami Gelora Cinta Remaja dan Menyelamatkannya dari berhala cinta, Cet. 3, ( Bandung : Mujahid, 2003 ).
Ø  _____________, Pacaran Yang Islami Adakah, Cet. 2, ( Bandung : Mujahid, 2003 ).
Ø  Drs. Ahmad Suyuti, Mengapa Remaja Gemar Pacaran dan Mudah Jatuh Cinta, Cet. 3, ( Pekalongan : Cinta Ilmu, 2001 )


1) Abu Al-Ghifari, Remaja dan Cinta Memahami Gelora Cinta Remaja dan Menyelamatkannya dari berhala cinta, Cet. 3, ( Bandung : Mujahid, 2003 ), hlm. 5.
2) Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kacamata Islami, ( Jakarta : Media Da’wah, 2001 ), hlm. 29.
3) Abu Al-Ghiffari, Pacaran Yang Islami Adakah, Cet. 2, ( Bandung : Mujahid, 2003 ), hlm. 19.
4) Ibid, hlm. 34.
5) Abdul Hamid Hakim, Mabadi Amaliyah, Maktubah Sa’adiyah Fitra, Jakarta : tt, hlm. 35.
6) Drs. Ahmad Suyuti, Mengapa Remaja Gemar Pacaran dan Mudah Jatuh Cinta, Cet. 3,                           ( Pekalongan : Cinta Ilmu, 2001 ), hlm. 37 – 39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

 

Sample text

Sample Text

Sample Text