Social Icons

Pages

Minggu, 12 Februari 2012

sejarah hadits abad I & II


SEJARAH TUMBUH DAN KEMBANG
HADITS ABAD I DAN II

I.          Pertumbuhan dan perkembangan Al-Hadits pada abad I H
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode ini terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Pertumbuhan dan perkembangan pada masa Rasul
Dimulai sejak Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah sampai beliau wafat yakni dari tahun ( 13 SH – 11 H ). Pada masa ini juga sering disebut periode periwayatan hadits dengan lesan, yaitu :
1.      Secara langsung
Maksudnya mereka secara langsung mendengar sendiri wejangan-wejangan dari Nabi SAW atau jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada bielau, dan secara langsung pula mereka melihat perbuatan ( fi’liyah ) Nabi yang diperbuat sebagai penjelasan praktis dari ayat-ayat Al-Qur'an.1) Sebagaimana dicontohkan dalam haditsnya :


Artinya : “Bahwasannya aku lebih taqwa kepada Allah dari pada kamu dan lebih mengetahui hukum-hukumnya”.2)
Hadits ini muncul ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi mengenai hukum mencium istri di kala berpuasa
2.      Secara tak langsung
Yaitu mereka yang mengambil dari sesama sahabat yang telah menerima hadits dari Rasulullah SAW. Hal ini terjadi karena disebabkan tempat tinggal mereka yang saling berjauhan serta kesibukan sehari-hari ataupun mungkin tidak sampai ( malu ) bertanya secara langsung kepada Nabi.3)
Adapun sistem periwayatan Al-Hadits ada 2 sistem periwayatan yang ditempuh oleh para sahabat dalam meriwayatkan hadits-hadits Nabi SAW yaitu :
1.      Lafad yang masih asli dari Rasulullah SAW.
2.      Maknanya saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkannya.
Kedua sistem periwayatan tersebut tidak dilarang Nabi SAW mengingat adanya perbedaan kekuatan, daya tangkap dan hafalan masing-masing orang terhadap apa yang didengar dari Rasulullah SAW.
Adapun di dalam meriwayatkan Al-Hadits yang sangat dipentingkan adalah isinya, adapun susunan bahasanya diperbolehkan dengan menggunakan lafadz atau susunan bahasa sendiri, asalkan apa yang terkandung dan maknanya tidak berubah walaupun sedikit.
Contoh periwayatan hadits dengan maknanya :







“( Hadits ) dari Ubadah bin Samid r.a. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidak sah sembahyang bagi orang yang tidak membaca umul Qur’an”. ( HR. Mutatna Alaih ).
Dan dalam satu riwayat Ibnu Hibban dan Ad-Daraquny : “Tidak cukup sembahyang yang tidak dibacakan padanya fatekhatul kitab”.4)
b.      Pertumbuhan dan perkembagan hadits masa khulafa Rasyidin ( 14 H – akhir abad pertama H ).
Seperti telah diketahui bahwa pada masa Rasulullah SAW Al-Hadits tumbuh dan berkembang dari mulut ke mulut, begitu pula pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab, bahkan perkembangan hadits pada kedua khalifah itu terasa agak lambat. Periwayatan hadits dilakukan bila diperlukan saja, yakni jiwa umat Islam menghadapi suatu masalah yang memerlukan penyelesaian hukumnya.
Setelah kekhailfahan ditangan Utsman bin Affan, Al-Hadits mendapat pelayanan yang serius dari para sahabat kecil dan tabi’in besar. Merkea mulai menaruh perhatian yang besar dalam mencari dan mengumpulkan hadits dari para sahabat besar yang jumlahnya makin hari makin berkurang karena meninggal dunia dan tempat tinggalnya pun sudah mulai bertebaran di berbagai pelosok yang saling berjauhan yang satu dan yang lain. Maka tidak sedikut para sahabat kecil dan tabi’in mulai mengadakan perjalanan untuk mendatangi tempat-tempat kediaman para sahabat dengan tujuan menanyakan dan menggali hadtis Nabi yang masih tersimpan di dada sahabat.
Kesungguhan para sahabat dan tabi’in dalam mencari dan meriwayatkan hadits Nabi yang masih tetap dalam kemurniannya makin hari makin meningkat sampai masa khalifah Ali bin Abi Tholib.
Adapun faktor-faktor pendukung pemeliharaan hadits pada masa itu antara lain :
1.      Kejerniahan hati dan kuatnya daya hafal.
2.      Minat yang kuat terhadap agama.
3.      Kedudukan hadits dalam agama Islam.
4.      Para sahabat akan menjadi pengganti Nabi dalam mengemban amanah dan menyampaikan risalah.
5.      Cara Nabi dalam menyampaikan hadits.
6.      Penulisan hadits.5)

II.       Pertumbuhan dan perkembangan hadits pada abad II
Pada abad ini ilmu hadits mencapai kesempurnaannya karena setiap cabangnya dapat berdiri sendiri dan sejalan dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dan dipergunakan oleh para ulama. Tahap ini berlangsung dari awal abad ke – 2 sampai awal abad ke – 3. Antara lain dengan sejumlah peristiwa yang menonjol :
1.      Melemahnya daya hafal dikalangan umat Islam.
2.      Panjang dan bercabangnya sanad-sanad hadits lantaran bentangnya jarak waktu dan semakin banyaknya rawi.
3.      Munculnya sejumlah kelompok Islam yang menyimpang dari jalan kebenaran yang ditempuh oleh sahabat dan tabi’in. seperti : Mu'tazilah, Jabariyah, Khawarij, dan sebagainya.6)

Kitab hadits yang mansyhur produk ulama pada abad ini antara lain adalah :
1.      Al-Muwaththa
2.      Musnadusy Syafi’y
3.      Al-Jami
4.      As-Sunnah, Susunan Al-Auza’y
5.      As-Sunnah, Susunan Imam Humaidy
6.      Murshanat Sufyan, susunan Sufyan Ats.













DAFTAR  PUSTAKA

                                                          
1.      Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,                PT. Bulan Bintang, Yogyakarta, 1952.
2.      Drs. Ahmad Hady Mufa’at, Pengantar Ilmu Hadits, ( Ruang Lingkup Pembahasan Al-Hadits dan Sejarah Pertumbuhannya ), BPKI, Semarang, 1985.
3.      Farid Mifta, As-Sunnah ( Sumber Hukum Islam ke – 2 ), Pustaka, 1997, Bandung.




1) Hady Mufa’at Ahmad, Pengantar Ilmu Hadits, ( Ruang Lingkup Pembahasan Al-Hadits dan Sejarah Pertumbuhannya ), BPKI, Semarang, 1985, hlm. 51.
2) Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, PT. Bulan Bintang, Yogyakarta, 1952.
3) Op.Cit, hlm. 51.
4) Ibid, hlm. 52.
5) Nurrudin ITR, U’lum Al-Hadits, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm. 21-24.
6) Ibid, hlm. 44-46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

 

Sample text

Sample Text

Sample Text